Surabaya (ANTARA) - Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surabaya Budi Arifah mengemukakan pelaksanaan donor plasma konvalesen terkadang terkendala beberapa hal seperti terbatasnya kantong kit dan juga mesin plasma konvalesen.
Budi Arifah mengatakan sejak Wakil Presiden Ma'ruf Amin mencanangkan donor plasma konvalesen sebagai gerakan nasional, banyak instansi maupun masyarakat yang merupakan penyintas COVID-19 ingin mendonorkan darahnya.
"Jadi gerakan sudah sangat baik dari berbagai pihak. Bahkan banyak yang lolos skrining. Hanya saja kantong kit-nya datang tidak teratur. Karena semua barang impor, jadi kita tergantung dari pabriknya," ujarnya di Surabaya, Selasa.
Selain itu, PMI Kota Surabaya hanya memiliki empat mesin plasma konvalesen, sehingga menambah antrean pendonor yang telah lolos skrining.
Budi Arifah berharap dengan adanya tambahan mesin akan dapat mengurangi antrean pendonor plasma konvalesen.
"Karena ada Pak Menko PMK ini, kantong kit kami lumayan banyak. Kami pinjam-pinjamkan sehingga semua alat bisa jalan. Kalau stok tidak banyak, kami hanya pakai dua mesin dan stok hanya cukup untuk seminggu," katanya.
Dia mengatakan jika ada kantong kit lagi yang datang, maka stok plasma bisa cukup dan aman. Sebab urgensinya lebih pada kekurangan kantong kit daripada mesin plasma.
"Kalau kebutuhan reagen ini kebutuhan rutin yang dibutuhkan untuk skrining infeksi menular," katanya.
Ke depan, ia berharap meskipun ada vaksin, penyintas tetap mau mendonorkan plasma konvalesen, karena pasien COVID-19 yang membutuhkan tetap ada.
Hingga saat ini jumlah pendonor plasma konvalesen di Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Kota Surabaya mencapai 1.214 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 5.021 kantong sudah didistribusikan untuk daerah lain, seperti di Papua, Sulawesi, hingga Jawa Tengah. (*)