Ngawi (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, memetakan sedikitnya sembilan kecamatan di wilayah setempat berpotensi mengalami krisis air bersih atau kekeringan pada musim kemarau.
"Sembilan kecamatan itu, Kecamatan Mantingan, Karanganyar, Widodaren, Kedunggalar, Pitu, Bringin, Kasreman, Padas, serta Karangjati," ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ngawi Teguh Puryadi di Ngawi, Sabtu.
Guna menghadapi permintaan bantuan distribusi air bersih pada musim kemarau, pihaknya telah menyiagakan 15 armada mobil tangki air bersih. Masing-masing berkapasitas tujuh ribu liter.
Catatan BPBD Ngawi pada kemarau tahun lalu menyebutkan, Kecamatan Bringin menjadi daerah dengan penyumbang desa kekeringan terbanyak, yakni mencapai 10 desa. Disusul Kecamatan Pitu dengan sembilan desa yang mengajukan permintaan kiriman air bersih. Sementara, kecamatan lainnya berkisar dua hingga lima desa.
Teguh menyebut wilayah krisis air bersih di Ngawi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sesuai data, pada tahun 2018 tercatat 30 desa yang mengalami kekeringan. Pada tahun 2019 tercatat naik menjadi 45 desa. Puluhan desa itu mayoritas berada di wilayah pegunungan kapur, seperti Kecamatan Karanganyar, Karangjati, dan Bringin.
"Kami perkirakan tahun ini akan bertambah karena BMKG memprediksi musim kemarau lebih panjang," katanya.
Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Jawa Timur guna penanganan bencana kekeringan di Kabupaten Ngawi pada tahun 2020.
Selain itu, pihaknya juga getol melakukan sosialisasi penghijauan lahan kering atau tandus. Tujuannya agar hutan dan pohon-pohon besar tidak ditebangi, sehingga bisa menyimpan cadangan air.