Surabaya (ANTARA) - Pengamat Sosial Politik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Agus Mahfud Fauzi menilai isu corona yang dilayangkan kubu lawan kepada Bacawali Surabaya Mahfud Arifin tidak terlalu berdampak bisa menarik simpati dari pemilih.
"Itu hanya menjadi isu yang sensasional tapi tidak berefek terhadap pemilih. Pemilih itu tidak melihat masa lalu, tapi melihat masa depan. Serangan politik atau black campaign tidak terlalu ngefek," ujar Agus Mahfud Fauzi di Surabaya, Kamis.
Diketahui sebelum penetapan paslon Pilkada Surabaya, kubu pasangan Cawali dan Cawawali Surabaya, Eri dan Armuji memanfaatkan isu corona untuk menyerang machfud dan Mujiaman. Hal itu dilatar belakangi karena Machfud Arifin tidak datang pada tahap cek kesehatan di RSUD dr. Soetomo pada gelombang pertama.
Bahkan sebelum penetapan calon, isu Machfud terdeteksi corona masih terus digulirkan, padahal Machfud sudah negatif, bahkan sudah menyelesaikan tes kesehatan pada gelombang kedua, tidak hanya itu KPU juga sudah menegaskan semua paslon pilkada Surabaya negatif COVID-19.
Agus yang juga mantan komisoner KPU Jawa Timur ini menegaskan, banyak motif yang dilakukan dari politik menyerang lawan, salah satunnya adalah untuk menjatuhkan lawan, mendapatkan apresiasi dari simpatisan, bahkan karena ada ketakutan terhadap lawan.
"Bisa jadi karena ketakutan kepada sang lawan. Tapi kalau dengan black campaign itu tidak terlalu berpengaruh," ujarnya.
Menurutnya, di dalam pendidikan politik lebih penting ketimbang kampanye hitam. Paslon yang menampilkan pendidikan politik akan mendapatkan apresiasi oleh warga atau simpatisan, selain tidak menghabiskan energi sang calon.
"Menurut saya lebih baik mas Eri atau pak Armuji dan timnya meninggalkan pola itu, kalau memang pak Machfud tidak sehat biarkan itu menjadi wewenang tim medis yang mengatakan, tapi KPU sudah menetapkan kedua paslon lolos syarat administrasi. Tim pak MA juga demikian," katanya.
Juru Bicara Tim Pemenangan pasangan Cawali dan Cawawali Surabaya Eri Cahyadi-Armuji, Anas Karno sebelumnya mengatakan pihaknya meminta KPU Surabaya lebih transparan dan memastikan bahwa semua kandidat dalam Pilkada Surabaya dalam posisi negatif COVID-19 berdasarkan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Jadi bukan sekadar dinyatakan sembuh setelah menjalani isolasi sekian hari," kata Anas.
Hal itu, lanjut dia, sesuai pengumuman dari Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Evi Novida Ginting yang menyebut masih ada 13 jumlah calon kepala daerah yang positif COVID-19 termasuk Surabaya.
Ketua KPU Surabaya Nur Syamsi mengatakan soal adanya calon kontestan pilkada 2020 yang positif COVID-19, hal itu bukan wewenang KPU Surabaya.
Menurutnya, memang ada syarat ketika melakukan pendaftaran harus menyerahkan hasil swab tes negatif. Kemudian dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh rumah sakit yang ditunjuk KPU, sebagai salah satu tahapan pencalonan.
"Saat itu pihak rumah sakit menerapkan standar protokol sendiri dengan meminta bapaslon Machfud-Mujiaman menunda pemeriksaan karena terindikasi COVID-19 dan melakukan isolasi mandiri. Lalu melakukan swab tes tanggal 17 September. Selang beberapa hari kemudian pihak rumah sakit meminta kami menghadirkan bapaslon untuk menjalani pemeriksaan kesehatan," katanya.
Diketahui Pilkada Surabaya 2020 diikuti dua pasangan calon, yakni pasangan Machfud Arifin - Mujiaman yang didukung koalisi 8 partai ( PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan Partai Masdem) serta pasangan Eri Cahyadi - Armudji yang diusung PDI-P dan didukung Partai Solidaritas Indonesia (PSI). (*)