Surabaya (ANTARA) - Satgas Penanganan COVID-19 Kota Surabaya, Jawa Timur, hingga saat ini belum mendapat laporan dari RSUD dr.Soetomo soal adanya salah satu bakal pasangan calon Pilkada Surabaya 2020 yang terkonfirmasi positif COVID-19.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Dinkes Surabaya. Tapi sampai saat ini teman-teman Dinkes belum mendapatkan data tersebut, belum ada penyampaian laporan resmi maupun aplikasi new record belum dapat," ujar Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, dengan belum mendapatkan laporan dari RSUD dr. Soetomo, maka Satgas COVID-19 tidak bisa bertindak dalam melakukan tracing atau pelacakan terhadap pihak-pihak saja yang terinfeksi COVID-19.
Febri mengatakan jika dilihat dari proses, seharusnya data tersebut sudah dipegang oleh Dinkes Surabaya. Hanya saja, lanjut dia, data tersebut belum sama sekali dikantongi oleh Dinkes Surabaya, guna melakukan input lebih lanjut.
"Jadi laboratorium atau rumah sakit itu harus melaporkan ke Satgas, maupun input di new record, sehingga Satgas COVID-19 kabupaten/kota tau, siapa-siapa yang dilakukan tracing," ujarnya.
Anggota Komisi Pemilihan Umum ((KPU) Kota Surabaya Soeprayitno mengungkapkan bahwa salah satu bakal calon peserta Pilkada 2020 positif terpapar COVID-19 berdasarkan hasil swab test yang dilaksanakan di RSUD dr.Soetomo Surabaya, Senin (7/9).
"Kami (KPU Surabaya) per hari ini, 9 September 2020, menerima surat hasil swab test dari RSUD Soetomo. Jika menilik surat itu, salah satu bakal pasangan calon didapati positif COVID-19," ujarnya.
Namun, ia tidak bersedia mengungkap siapa bakal calon peserta Pilkada Surabaya yang positif COVID-19. Apakah dari bakal paslon Machfud Arifin-Mujiaman atau Eri Cahyadi-Armuji.
Beberapa hari sebelumnya, pasangan Eri Cahyadi-Armuji mengungkapkan bahwa hasil swab test yang mereka jalani di RSUD dr. Soetomo Surabaya dinyatakan negatif COVID-19.
Sementara bakal paslon Machfud Arifin-Mujiaman belum pernah mengungkap hasil swab test dengan alasan belum menerima hasilnya. Pasangan ini juga tidak mengikuti tahapan tes psikologi setelah tes usap, karena alasan yang tidak jelas.
"Saya tidak menyebut nama. Pokoknya di antara itu," kata Nano, sapaan akrab Soeprayitno. (*)