Banyuwangi (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar sarasehan inspirasi dengan mendatangkan Tirta Mandira Hudhi (dokter Tirta) untuk memotivasi para siswa penerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas.
Sarasehan inspirasi yang di digelar Jumat (14/8) malam itu, diikuti ratusan penerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas. Dokter Tirta menceritakan perjalanan hidupnya terutama kiat untuk tetap mandiri di tengah situasi sulit, seperti pandemi saat ini.
Dokter Tirta berbagi cerita perjalanan hidupnya hingga bisa memiliki 62 usaha jasa perawatan dan cuci sepatu premium di berbagai daerah.
Alumni Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, itu mengaku selama menempuh pendidikan formal juga merupakan penerima beasiswa. Bahkan dia sempat menolak berbagai beasiswa dari luar negeri. Namun, bagi Tirta meski mendapat beasiswa tetap harus ada hal lain perlu dibanggakan.
"Memang bangga dapat beasiswa, tapi yang terpenting adalah bisa mandiri dan melakukan sesuatu untuk orang lain. Itu sesuatu yang harus kita banggakan," kata pria yang berhasil lulus di tahun 2013 dengan predikat cumlaude itu.
Selain aktif kuliah dan berorganisasi, Tirta juga mulai menjalankan usaha, mulai usaha jual beli sepatu, membeli sepatu dan menjualnya kembali.
"Namun bisnis saya pernah bangkrut. Saya pernah kulakan beli sepatu senilai Rp50 juta, tapi yang datang kiri semua. Saat itulah saya jatuh, bahkan saya harus makan nasi aking dan sarden tiap hari," kata dokter Tirta.
Tapi, tak lama kemudian dia bangkit membuka bisnis jasa perawatan dan cuci sepatu premium. Dari bisnis itu ternyata berjalan mulus. Hingga akhirnya kini dia memiliki 62 tempat perawatan dan cuci sepatu dengan lebih dari 300 karyawan. Selain itu, Tirta juga menjadi pengamat sepatu sneakers.
Dokter Tirta juga berbagi tips kepada para siswa penerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas, yang diperlukan dalam membangun usaha, yakni circle (lingkungan), manajemen keuangan dan citra.
"Biasanya mahasiswa kedokteran lingkaran lingkungannya hanya mahasiswa kedokteran. Tapi saya dulu punya banyak teman di luar kedokteran, sehingga membuat pikiran saya terbuka," ujarnya.
Selain itu, yang penting adalah manajemen keuangan. Masalah yang sering terjadi saat memulai usaha adalah cara mengatur keuangan. Bagi yang memulai usaha harus memiliki banyak rekening, untuk membedakan mana rekening untuk pemasukan dan pengeluaran.
"Yang terpenting lagi adalah citra. Bagaimana bisa membuat citra produk baik di mata konsumen," pesan Tirta.
Dalam sarasehan ini, juga dihadiri Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, dalam kesempatan itu juga memotivasi penerima beasiswa agar mengasah kemampuannya selama pandemi COVID-19.
Menurut Ipuk, pembelajaran saat ini banyak dilakukan secara dalam jaringan (daring) maka perlu memanfaatkan waktu yang lebih longgar ini untuk menambah dan memperdalam keterampilan.
"Seperti yang dilakukan dr Tirta, meskipun profesinya dokter, namun dia juga berhasil mengembangkan bisnis yang tidak berhubungan dengan pendidikan formalnya," katanya. (*)