Jakarta (ANTARA) - Indonesia berpeluang menghimpun investasi yang total nilainya mencapai satu miliar dolar AS (sekitar Rp14,66 triliun) setelah beberapa perusahaan asing berencana memindahkan pabriknya dari luar negeri ke Indonesia selama pandemi COVID-19.
"Sejauh ini ada delapan usaha yang sudah confirm (memastikan, red) akan merelokasi pabriknya ke Indonesia dan delapan industri ini merupakan bagian dari global value chain (rantai pasok barang dunia, red)," kata Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Mahendra Siregar, saat jumpa pers di Jakarta, Jumat, sebagaimana disiarkan langsung lewat aplikasi Zoom.
"Delapan usaha yang akan relokasi ini jika ditotal nilai investasinya, kita harapkan sampai satu miliar dolar AS," tambah dia.
Mahendra mengatakan pihaknya tidak dapat menyebut nama delapan perusahaan itu karena alasan kerahasiaan, tetapi sebagian besar mereka berasal dari Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Taiwan, dan China. Tidak hanya itu, delapan pabrik itu bergerak di pembuatan beberapa produk, di antaranya ban untuk berbagai jenis kendaraan, perangkat elektronik, dan komponen otomotif.
Menurut Mahendra, relokasi itu merupakan tanda beberapa perusahaan mulai menyadari pemusatan satu bidang usaha di satu negara tertentu terlalu berisiko.
"Sebelum pandemi, perusahaan dan negara hanya mengandalkan rantai pasok dunia pada basis efisiensi dan daya saing. Akibatnya, banyak rantai pasok bertumpu pada satu negara dan kemudian saat COVID-19, membuktikan struktur rantai pasok seperti itu sangat berisiko," terang Mahendra.
Ia lanjut menjelaskan model bisnis rantai pasok barang dunia ke depan tidak dapat terpusat pada satu negara tertentu, misalnya China.
"Contohnya, pada Februari, Maret, sampai awal April, kita kekurangan pasokan masker, APD (alat pelindung diri, red), dan hand sanitizer, karena bahan bakunya hampir 100 persen kita impor," terang Mahendra, seraya menambahkan, kelangkaan itu juga dihadapi banyak negara.
Terkait dengan peluang itu, Indonesia harus memanfaatkan kebutuhan para pelaku industri yang ingin melakukan diversifikasi atau membangun tempat usahanya tidak terpusat di satu negara, kata Mahendra.
"Indonesia bisa meningkatkan posisinya agar lebih strategis untuk industri global value chain ke depan," ujar dia.
Sejalan dengan itu, Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam kesempatan berbeda di Jakarta, Jumat, meneken nota kesepahaman kerja sama untuk mendukung upaya ekspansi BUMN ke luar negeri atau "BUMN Go Global".
Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, salah satu tujuan "BUMN Go Global" untuk memperbaiki rantai pasok barang di dalam negeri sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pasar untuk produk buatan asing.
"Selama ini kita hanya jadi market (pasar, red), tetapi sampai kapan? Ini yang kita harapkan dengan kita melakukan akuisisi dengan perusahaan luar negeri. Tujuannya, sederhana, yaitu memperbaiki supply chain kita. [...] Ini harus benar-benar memperbaiki ekosistem (bisnis, red) yang kita harapkan untuk bangsa kita," terang Erick dalam sambutannya saat upacara penandatanganan MoU. (*)