Madiun (ANTARA) - Corona telah menjadi kata viral yang paling populer dan dikenal oleh seluruh penduduk di dunia dalam kurun waktu hampir tiga bulan terakhir ini.
Virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China, itu, disebut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Corona Virus Disease yang ditemukan pada tahun 2019, sehingga dikenal sebagai COVID-19.
Demikian juga, corona atau COVID-19 juga sangat terkenal di Indonesia. Terlebih kasusnya di Indonesia juga terus bertambah sejak pertama kali diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tanggal 2 Maret 2020.
Data WHO per tanggal 16 Maret 2020, corona kini telah menyebar ke 151 negara di luar China dan menginfeksi 167.511 orang serta menyebabkan 6.606 kematian.
Di Indonesia, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 hingga 18 Maret pukul 12.00 WIB menyebutkan corona sejauh ini telah menginfeksi sebanyak 227 orang. Dari 227 kasus tersebut, sebanyak 19 orang meninggal dunia dan 11 orang dinyatakan sembuh. Adapun sebaran terbanyak ada di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kepulauan Riau.
Menyikapi penyebarannya yang semakin cepat dan meluas, Presiden Jokowi telah meminta masyarakat untuk sementara waktu belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Hal itu guna menekan risiko penyebaran virus corona penyebab COVID-19.
Menyikapi instruksi tersebut, para kepala daerah memutuskan untuk meliburkan sekolah selama dua minggu, terhitung mulai tanggal 16-29 Maret 2020. Sebagian kantor baik pemerintah maupun swasta juga mengizinkan pegawainya untuk bekerja di rumah. Tempat-tempat wisata ditutup sementara dan kegiatan yang melibatkan banyak orang untuk sementara waktu dihentikan.
Warga diminta untuk mematuhi menjaga jarak dengan orang lain dan menghindari kerumunan. Tujuannya adalah mengurangi kontak fisik.
Hal itu karena berdasarkan penuturan Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito, cara kerja COVID-19 menular melalui kontak yang menyebabkan percikan cairan pernapasan atau droplet mengenai orang lain.
Melalui kontak dekat, ketika seseorang batuk atau bersin maka percikan dari orang yang terinfeksi COVID-19 akan sampai ke orang lain, di situlah proses penularan terjadi.
Orang dengan infeksi COVID-19 menunjukkan gejala demam dengan suhu tubuh mulai 38 derajat celsius, batuk, sesak napas, dan pneumonia.
Masyarakat juga harus menghindari memegang pegangan di bus, fasilitas di mal dan tempat publik lainnya yang ramai digunakan orang, karena pegangan itu dikhawatirkan terkena percikan yang mengandung virus corona, dan virus ini dapat bertahan selama waktu tertentu di benda mati.
Maka dari itu, kembali seperti ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo, akan pentingnya mematuhi untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah.
Masyarakat diminta untuk tidak keluar rumah jika bukan karena urusan yang sangat mendesak. Sebab, jika kita putus kontaknya, maka corona tidak bisa menyebar. Virusnya tidak bisa berkembang, penularannya akan turun, dan kasusnya juga akan turun.
Namun, sayangnya, di masyarakat saat ini masih banyak yang kurang paham dengan instruksi Presiden tersebut. Libur sekolah dan bekerja di rumah malah ada yang menggunakan untuk berlibur ataupun jalan-jalan di mal. Hal itu yang membuat kasus paparan COVID-19 terus bertambah.
Padahal untuk meredam wabah penyakit, diperlukan kepatuhan dan komitmen bersama dari semua elemen masyarakat untuk memeranginya.
Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan menekankan perlunya gotong royong masyarakat Indonesia dalam menghadapi wabah ini. Presiden menegaskan dalam kondisi seperti ini, saatnya bangsa bekerja sama, saling tolong-menolong, bersatu padu, dan gotong royong melawan corona.
Sebab, bencana ini tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah sendiri. Namun dibutuhkan seluruh pihak, mulai dari rakyat hingga pemerintah untuk bersatu dan bergotong royong melawannya.
Masyarakat juga diminta selalu menjaga kesehatan dan kebersihan guna mencegah penularan COVID-19. Seperti mencuci tangan, menjaga jarak satu sama lain atau social distancing dan menerapkan etika batuk dan bersin dengan benar.
Warga diminta untuk berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta beristirahat yang cukup agar daya tahan tubuh tetap kuat. Namun sebaiknya tidak melakukan olahraga yang bersifat berkumpul serta tidak berbagi alat olahraga.
Untuk itu, mari kita dukung upaya pemerintah dengan gotong royong mengurangi risiko penularan. Gotong royong menerapkan hidup bersih dan sehat. Gotong royong tidak menyebarkan berita bohong tentang corona yang menimbulkan kepanikan publik, dan gotong royong untuk bertindak tepat bila sakit. (*)
Bergotong royong melawan COVID-19 dari rumah
Rabu, 18 Maret 2020 16:53 WIB