Jakarta (ANTARA) - Giliran sembilan pejabat di Provinsi Hubei menjalani pemeriksaan aparat penegak disiplin China terkait pelarian dari Wuhan ke Beijing oleh seorang pasien positif terpapar virus corona jenis baru atau COVID-19.
Tim investigasi gabungan di bawah koordinasi Kementerian Kehakiman China tidak memerinci nama kesembilan pejabat tersebut.
Namun China Daily yang dipantau ANTARA, Rabu, menyebutkan dua di antara sembilan pejabat adalah Kepala Departemen Kehakiman Provinsi Hubei Tan Xianzhen dan Kepala Biro Pemasyarakatan setempat Hao Aimin.
Sebelumnya empat pejabat dan pegawai di Beijing juga telah menerima sanksi pemecatan dan pemutasian terkait dengan kasus yang menggemparkan jagat media dan media sosial di China.
Perempuan bermarga Huang yang dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 dengan leluasa melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi bersama keluarganya ke Beijing begitu bebas dari penjara di Kota Wuhan, Provinsi Hubei.
Pihak Lapas Wuhan jelas mengetahui kalau Huang punya riwayat kontak langsung dengan penderita COVID-19 karena menunjukkan gejala demam. Namun pihak Lapas tidak melapor ke otoritas karantina agar yang bersangkutan dikarantina selama 14 hari setelah dibebaskan dari penjara.
Justru pihak Lapas yang menghubungi keluarga terpidana di Beijing agar membantunya meninggalkan Wuhan yang diisolasi sejak 23 Januari 2020 setelah dinyatakan sebagai episentrum COVID-19 itu, demikian hasil investigasi Kementerian Kehakiman China atas kasus tersebut.
Huang (64) yang dipidana selama 10 tahun atas tuduhan suap di Biro Konservasi Air Kabupaten Xuanen, Hubei, dibebaskan dari penjara pada 17 Februari.
Sebelum tanggal 17 Februari, kedua anak Huang tidak diizinkan menjemput Huang untuk dibawa pulang ke Beijing lantaran jalan raya ditutup.
Setelah pihak Lapas memastikan Huang positif COVID-19, maka dia harus menjalani karantina di dalam kompleks penjara.
Selama 13-17 Februari, suhu badan Huang diperiksa hingga 13 kali dengan rata-rata temperatur 37,3 derajat Celcius.
Lalu Huang minta dipulangkan sehingga pihak Lapas mengontak kedua anaknya tadi untuk mengabarkan disetujuinya permintaan tersebut.
Keluarga Huang menghubungi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) Beijing untuk menanyakan kemungkinan berkendara dari Wuhan.
CDC menjawab bahwa jika sudah mendapat izin dari Wuhan, maka tidak diperlukan pemeriksaan di jalan raya.
Huang sebelumnya juga menulis surat permohonan melakukan karantina selama 14 hari begitu tiba di Beijing.
Memang Huang bersama kedua anaknya diperiksa suhu tubuh di pos pemeriksaan Jalan Raya Daqing-Guangzhou, namun sayang petugas tidak mencatat nama ketiganya.
Parahnya, saat memasuki kompleks permukiman Xinyijiayuan, Distrik Dongcheng, Beijing, pada 22 Februari pukul 02.00 waktu setempat (01.00 WIB), Huang dan kedua anaknya tidak dicek suhu tubuhnya.
Baru dua hari kemudian dia memeriksakan diri karena flu yang tak kunjung sembuh.
Dari segi usia, Huang tergolong kelompok berisiko tinggi terpapar virus yang sampai saat ini telah membunuh 2.948 warga China itu. (*)