Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Pemerintah China berhasil membangun dua rumah sakit khusus untuk menangani wabah virus corona dalam hitungan hari yakni RS Huoshenshan dan RS Leishenshan, sehingga hal tersebut membuat takjub dunia.
Pembangunan RS Huoshenshan yang merupakan rumah sakit darurat berkapasitas total 1.000 tempat tidur itu berlangsung kilat yakni hanya 10 hari dan beroperasi pada 3 Februari 2020 demi menghadapi wabah virus corona yang telah menyebabkan belasan ribu orang jatuh sakit dan ratusan warga meninggal di Wuhan dan Provinsi Hubei, sejak Desember 2019.
Rumah sakit yang dibangun mulai 24 Januari 2020 ini berada di atas lahan seluas 269.000 meter persegi dan RS Huoshenshan mengaplikasikan langkah yang sama seperti RS untuk wabah SARS, yang ada di Beijing, China dengan bangunan prefabrikasi atau konstruksi modular.
Desainnya rumah sakit itu dibuat oleh Wuhan CITIC Design Institute and Constructed yang merupakan bagian dari perusahaan konstruksi China Construction Third Engineeing Bureau Co.Ltd.
Namun, dibalik kesukseskan pembangunan rumah sakit khusus virus corona yang selesai dalam waktu singkat dan langsung beroperasi itu, ada tangan dingin seorang arsitek asal Kabupaten Jember yang mendesainnya yakni Huang Xiqiu yang sempat mengenyam pendidikan SD dan SMP di Chung Hua School (Sekolah Tionghoa) di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Beberapa pemberitaan media dan beberapa grup media sosial menyebut nama arsitek RS Huoshenshan tersebut Huang Xi Mou, namun setelah ANTARA melakukan penelusuran kepada keponakannya yang masih di Kabupaten Jember menyampaikan nama yang benar adalah Huang Xiqiu (dibaca Huang Xi Jiu).
Pemilik Apotek Johar yang enggan disebutkan identitasnya mengatakan suaminya masih keponakan Huang Xiqiu, namun ia mengaku tidak begitu kenal dekat dengan arstitek RS Huoshenshan karena yang lebih dekat adalah keluarga suaminya.
Ia mengatakan keluarga besarnya juga mengikuti terus kiprah Huang Xiqiu yang diberitakan oleh sejumlah media di Tiongkok, bahkan tiga tahun lalu arsitek ternama Tiongkok itu pernah singgah ke rumah keluarga besarnya di Kabupaten Jember.
Saat diminta menjelaskan bagaimana sosok Huang Xiqiu, pemilik Apotek Johar itu mengaku tidak berani menyampaikan khawatir salah ucap, namun ia menegaskan bahwa Huang Xiqiu memang seorang arsitek yang pandai dan ahli di bidangnya.
Tidak mudah mencari warga Tionghoa yang kenal dengan sang arsitek pembangun rumah sakit khusus penanganan virus corona yang berusia 79 tahun itu karena sejak tahun 1957 sudah meninggalkan Jember dan melanjutkan pendidikannya SMA di Surabaya, kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Tiongkok.
Berdasarkan informasi dari tokoh sepuh Tionghoa di Jember, keluarga Huang Xiqiu pernah tinggal di kawasan pecinan di sekitar Tempean atau saat ini bernama Jalan Samanhudi di sekitar Pasar Tanjung Jember.
Keberadaan masyarakat Tionghoa di kawasan pecinan memang menjadi denyut nadi pergerakan ekonomi di masa itu karena sebagian besar mereka adalah pedagang, namun pascaada gejolak politik pada tahun 1965, sebagian warga Tionghoa memilih pindah ke negara asalnya dan sebagian juga memilih tinggal di Jember dengan membuka toko di sepanjang Jalan Samanhudi.
Saat ditelusuri di beberapa warga Tionghoa yang memiliki rumah toko (ruko) di kawasan pecinan tersebut mengaku tidak tahu nama Huang Xiqiu dan keluarganya yang pernah tinggal di pecinan tersebut.
Sebagian warga Tionghoa itu memang membuka toko di Jalan Samanhudi Jember, namun usia mereka rata-rata dibawah 70 tahun dan tidak mengenal sosok arsitek rumah sakit khusus corona yang dikabarkan pernah tinggal di sekitar gang Tempean itu.
Namun, ada beberapa warga etnis Tionghoa itu menyebut kepala arsitek medis di Tiongkok itu masih memiliki kerabat keluarga yang kini mengelola Apotik Johar di kawasan Jalan Diponegoro Jember.
Keluarga guru
Meski tidak mengenal langsung, salah satu guru Chung Hua School Jember Chen Yong Yen atau biasa disapa dengan Iwan Natawijdaja (81) mengetahui keluarga Huang Xiqiu selama ia menjadi guru di Sekolah Tionghoa tersebut sejak 1959 hingga sekolah itu ditutup pada tahun 1966 akibat situasi politik Indonesia.
Chung Hua School merupaan sekolah Tionghoa yang terbesar yang didirikan di Jember dan sekolah tersebut merupakan sekolah yang berada di bawah naungan Tionghoa Hwee Koan.
Sekolah itu menggunakan kurikulum tersendiri yang berbeda dengan sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda karena mengacu pada kurikulum sekolah Tiongkok dengan jenjang taman kanak-kanak (yu er yen), pendidikan sekolah rendah (siao xie) hingga sekolah menengah pertama (chung xie).
Kedua adik Huang Xiqiu yakni perempuan dan laki-laki pernah menjadi siswanya di Chung Hua School dan orang tuanya sempat menjadi pengurus di sekolah Tionghoa Jember itu, namun ia tidak tahu persis berapa saudara Huang saat itu.
"Kedua adik Huang Xiqiu memang pandai saat sekolah dan keduanya juga mengikuti jejak kakaknya melanjutkan pendidikan di Tiongkok," ucap guru olahraga dan BP di Chung Hua School Jember saat itu.
Menurutnya orang tua Huang Xiqiu merupakan perantau dari China yang datang ke Indonesia dan tinggal di Jember, bahkan kedua orang tua arsitek RS Huoshenshan itu dikabarkan meninggal dan dimakamkan di Kabupaten Jember.
Ia juga membenarkan arsitek rumah sakit khusus virus corona yang dalam waktu singkat itu kelahiran Jember, dan mengenyam pendidikan jenjang SD hingga SMP di Chung Hua School.
Kabar kepiawaian arsitek asal Jember itu juga menjadi perbincangan hangat di beberapa grup media sosial etnis Tionghoa di Jember, dan Iwan menunjukkan koran berbahasa Mandarin terbitan 5 Februari 2020 yang menyuguhkan profil sang legendaris Huang Xiqiu, lulusan Chung Hua School Jember sebagai arsitek yang mendesain pembangunan RS khusus pasien Virus Corona di Wuhan.
"Dalam profil tersebut ditulis oleh teman Huang Xiqiu yang memberi kesan bahwa Huang Xiqiu merupakan sosok yang sederhana, rajin belajar, rendah hati, dan sopan, serta tidak terlalu banyak bicara," ungkapnya.
Dalam koran itu disebutkan Huang Xiqiu meyakini bahwa banyak jalan dalam kehidupan menuju sukses, namun kesuksesan itu ditentukan mulai SMP yang merupakan jalan menentukan kehidupan.
Berdasarkan informasi yang diterima nya dari beberapa media berbahasa mandarin yang dibaca nya, Huang Xiqiu tidak pernah menolak ditempatkan di mana saja saat bekerja dan siap mendedikasikan waktunya untuk misi kemanusiaan.
Reunian di Jember
Meski sudah menjadi arsitek medis ternama di Tiongkok, Huang Xiqiu tidak lupa akan kota kelahirannya dan menyempatkan hadir saat ada acara reunian alumnus dua sekolah Tionghoa Jember itu yang digelar setiap 10 tahun sekali.
"Prof Huang Xiqiu hadir saat acara reunian di Jember pada tahun 2010, dan tidak menyangka saat ini menjadi arsitek yang mendesain rumah sakit khusus penanganan virus corona di Wuhan," kata Ketua Paguyuban Masyarakat Tionghoa Jember Go Tjun Kwang yang juga menjadi alumnus Chung Hua School Jember.
Kegiatan reunian 10 tahun sekali itu diadakan bertepatan dengan Ching Bing atau Qing Ming yang merupakan salah satu budaya Tionghoa untuk bersembahyang memperingati leluhur masing-masing.
Tahun 2020 kami juga akan mengadakan reunian untuk alumnus dua sekolah Tionghoa Jember yang dijadwalkan pada 3 April 2020, namun rencana tersebut terancam batal karena wabah virus corona di China.
Menurutnya sebagian alumnus Chung Hua School Jember juga berada di China, namun banyak juga yang berada di dalam negeri maupun luar negeri yang jumlahnya cukup banyak mencapai ribuan.
"Kalau tidak ada wabah virus corona di Tiongkok, Prof Huang Xiqiu pasti datang ke Jember bersama alumnus lainnya dari berbagai negara karena kegiatan reunian itu memang dijadwalkan 10 tahun sekali di Jember," ucap etnis Tionghoa yang memiliki nama Bambang Siswanto itu.
Ia juga membenarkan arsitek rumah sakit khusus corona yang dibangun hanya 10 hari tersebut merupakan orang Jember yang tinggal di kawasan pecinan yang kini menjadi Jalan Samanhudi.
Alumnus Chung Hua School itu mengaku bangga kakak seniornya Huang Xiqiu menjadi arsitek yang mendesain rumah sakit khusus corona yang menghebohkan dunia karena dibangun dalam waktu singkat. (*)