Tulungagung (ANTARA) - Kepala LKBN ANTARA Biro Beijing M. Irfan Ilmie dan tiga anggota keluarganya yang baru pulang dari China memilih menjalani swakarantina di rumahnya yang berlokasi di Desa Wateskroyo, Tulungagung, Jawa Timur.
Di rumah berlantai dua yang terletak 25 kilometer di selatan pusat Kota Tulungagung itu, Irfan yang juga merangkap pewarta LKBN ANTARA untuk China itu mengisolasi sementara dirinya dan tiga anggota keluarganya secara mandiri selama 14 hari sejak mereka tiba di Tanah Air pada Selasa (4/2).
"Swakarantina ini kami lakukan atas inisiatif sendiri dengan menjaga higienitas keluarga, lingkungan serta untuk sementara tidak melakukan aktivitas ke luar hingga 14 hari sejak kedatangan kami di Indonesia," kata Irfan Ilmie ditemui di rumahnya yang berada di wilayah Tulungagung selatan, Kamis.
Baca juga: Detik-detik meninggalkan China saat krisis corona
Swakarantina ditempuh Irfan dan keluarga karena terinspirasi kebijakan Pemerintah Amerika Serikat kepada para tentaranya yang sebelumnya bertugas di China lalu dipulangkan saat wabah virus novel corona merebak dan memakan puluhan korban jiwa.
Kendati kondisi para tentara AS dinyatakan sehat dan jauh dari episentrum wabah 2019-nCov di wilayah Provinsi Hubei, mereka dianjurkan untuk melakukan swakarantina dengan tidak ke luar rumah namun aktif mengontrol suhu tubuh saban hari untuk memastikan tidak terpapar penyakit mematikan tersebut.
Irfan mengaku kondisinya sangat sehat. Tidak demam, tidak batuk, apalagi gejala pnemunomia yang mengarah ke 2019-nCov.
Baca juga: Karantina Surabaya perketat pengawasan antisipasi Virus Corona
Jenis wabah baru disebabkan virus novel corona yang mematikan dan menyebar di sejumlah negara Benua Asia, Amerika, terutama di China yang diidentifikasi sebagai daerah asal kemunculan penyakit mengerikan ini.
Pun demikian halnya kondisi keluarga Irfan, mulai dari istrinya yang bernama Diana Maria Ulfa (45), putri sulungnya Fikarina Zada Ilman Tasya (19) hingga si bungsu, Sakna Ramadani Freatika (12).
Berdasar data dan keterangan yang tertera di Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card) yang dikeluarkan pihak Kementerian Kesehatan RI, lima ciri atau tanda awal penyakit yang mengarah ke pnemunomia semua ditanda silang. Mulai kondisi demam dengan suhu 38 derajat ke atas, sakit tenggorokan, batuk, pilek, serta sesak nafas.
Artinya, saat proses kepulangan pada 2 Februari malam waktu Beijing, lalu tiba dengan pesawat Malaysia Airlines di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tanggal 3 Februari dini hari dan melewati serangkaian pemeriksaan dan scanning, kondisi mereka sehat.
Demikian pula hingga akhirnya Irfan dan keluarga tiba di Bandara Djuanda, Surabaya, pada 4 Februari, lalu meluncur ke rumah sekaligus kediaman asal sang istri di Desa Wateskroyo, Kecamatan Besuki, Tulungagung. Semua sehat walafiat.
"Saat di Tiongkok, apartemen yang kami tinggali juga jauh dari area episentrum penyebaran wabah virus corona (2019-nCov) di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Itu (Kota Wuhan) sekitar 1.200 kilometer dari Ibukota Beijing, sehingga kami sekeluarga tidak harus menjalani karantina seperti 238 warga lain yang dievakuasi dari Wuhan ke Pulau Natuna," tutur Irfan.
Ia mengaku langkah swakarantina dilakukan secara mandiri dengan terus memantau kondisi kesehatan selama 14 hari. Jika selama periode waktu itu ada atau muncul gejala sakit, Irfan dan keluarga akan segera melakukan tindakan preventif dengan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan di Puskesmas ataupun rumah sakit.
Pada Kamis (6/2) siang, setelah dua hari mengisolasi diri di dalam rumah, sejumlah petugas dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Bandung datang untuk melakukan pendataan sekaligus pengawasan.
Irfan dan tiga anggota keluarganya sempat didata, diwawancara tentang kesehatan dan diperiksa suhu tubuh. Hasilnya, suhu tubuh Irfan, istri maupun kedua anaknya masih dalam skala normal, berkisar 36-37 derajat.
"Langkah swaisolasi atau swakarantina yang dilakukan saudara Irfan dan keluarga ini sangat bagus dan bisa menjadi suri tauladan. Karena mereka dengan kesadaran tinggi mau melakukan karantina atas diri mereka secara mandiri karena tahu barusan bepergian atau beraktivitas di negara yang berisiko tinggi terpapar virus corona," ujar Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka.
Disebutkan, Irfan dan keluarga yang berlokasi di Desa Wateskroyo, Kecamatan Besuki merupakan satu dari dua titik WNI pekerja migran di China dan Taiwan yang menjadi fokus pengawasan tim kesehatan Dinkes Tulungagung. (*)