Jakarta (ANTARA) - Pasar mobil "full" listrik atau Battery Electric Vehicle (BEV) yang terus tumbuh menggiurkan pabrikan besar otomotif dunia untuk mengembangkan kendaraan tersebut.
Tak terkecuali Toyota Motor Corporation yang memimpin produksi mobil hibrid dan fuel cell berbasis hidrogen.
Berdasarkan data yang dihimpun Toyota Motor Corporation (TMC) pada 2018 pasar mobil listrik global telah menembus angka 1,21 juta unit dengan China sebagai pasar terbesar.
Penjualan mobil listrik di China mencapai 707.800 unit atau 3,3 persen dari total penjualan mobil di negara itu.
Pasar mobil listrik kedua terbesar adalah Amerika Serikat dengan penjualan 228.000 unit atau 1,3 persen dari penjualan mobil secara nasional di negeri Paman Sam.
Sedangkan pasar mobil ketiga terbesar adalah Norwegia dengan penjualan 46.000 unit atau 31,2 persen dari total penjualan mobil negara itu.
Pasar keempat dan kelima terbesar mobil listrik adalan Jerman dan Prancis dengan penjualan masing-masing 37.300 unit dan 32.200 unit.
Pertumbuhan pasar mobil listrik dunia itulah yang diakui Executive Vice Presidenr Chief Technology Officer TMC Shigeki Terashi juga mendorong Toyota Motor Corp mengembangkan mencanangkan target yang ambisius untuk pengembangan BEV.
Strategi Pengembangan
Harus diakui dibandingkan produsen otomotif besar lainnya di dunia, Toyota terbilang "lambat" mengembangkan mobil listrik, karena fokus di kendaraan hibrid, plug in hybrid, dan fuel cell.
Oleh karena itu TMC langsung menggebrak dengan memulai inisiatif yang bertujuan untuk menciptakan model bisnis baru untuk pengembangan BEV dan mempromosikannya secara besar2an, setidaknya dalam ajang dunia otomotif seperti Tokyo Motor Show yang berlangsung pada 24 Oktober sampai 4 November 2019.
"Untuk area di mana pasar BEV sudah berkembang, kami akan mengembangkan berbagai jenis BEV yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar dengan biaya rendah," kata Toyota ZEV Factory TMC Akihiro Yanaka.
Selain itu, Toyota Motor Corporation juga menggenjot pengembangan lebih agresif untuk baterai berkinerja tinggi yang menjadi kunci kehandalan BEV.
"Kami mencari mitra secara terbuka dan luas di berbagai bidang," kata Yanaka pada pemaparan di hadapan lebih dari 300 jurnalis mancanegara yang diundang Toyota menyaksikan Tokyo Motor Show di Jepang, belum lama ini.
Tidak hanya pada produksi baterai berkinerja tinggi, tapi juga memaksimalksn
nilai tambah BEV bagi lingkungan, mulai dari penjualan hingga pembuangan atau pemanfaatan daur ulang BEV nya kelak.
Ultra Compact BEV
Siap dengan strategi pengembangan, Toyota pun mengamati kebutuhan konsumen pada BEV.
Pabrikan Jepang itu menilai konsumen butuh dan memakai BEV antara lain untuk
berkendara jarak pendek seperti ke pasar dan rumah sakit, berkendaraan sendiri atau berdua, dan hanya menyetir pada waktu tertentu, bukan setiap hari.
Selain itu, BEV yang diinginkan konsumen dalam pandangan Toyota adalah mobil yang mudah parkir dan yang terpenting tentu saja kinerja baterai yang awet, meski sudah digunakan berapa tahun.
Berdasarkan konsep itulah Toyota Motor Corporation membuat Ultra Compact BEV yang pertama kali diperkenalkan ke publik pada ajang Tokyo Motor Show.
"Kami berencana memproduksi dan memasarkannya pada musim dingin di Jepang tahun 2020," kata Yanaka.
Mobil mini dirancang hanya untuk dua orang dengan panjang hanya 2,49 meter, lebar 1,29 meter, dan tinggi 1,55 meter.
Kecepatan maksimumnya pun hanya 60 km/jam. Namun sekali pengisian baterai bisa menempuh jarak 100 km. Kendaraan mungil itu memanv dirancang untuk keperluan harian dan jarak dekat.
Namun Toyota juga menyiapkan pengembangan mobil listrik mini itu untuk keperluan bisnis, yang dirancang dengan penumpang 4 orang. Yanaka menyebutnya sebagai Ultra Compact BEV Concept.
Akankan mobil mungil itu dibawa, diproduksi dan dipasarkan di Tanah Air seiring target pemerintah Indonesia yang menginginkan 20 persen dari produksi kendaraan pada 2025 harus berbasis listrik?
Jawaban yang dikemukan perwakilan distributor utama Toyota Indonesia, Eksekutif GM PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto sangat diplomatis. "Itu tergantung permintaan dan kebutuhan konsumen, serta regulasi pemerintah." (*)