Madiun (ANTARA) - Kenaikan harga daging ayam ras memberikan andil terbesar kepada laju inflasi pada Oktober 2019 di Kota Madiun, Jawa Timur, yang mencapai 0,07 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 134,35.
"Komoditas ayam ras tercatat mengalami kenaikan rata-rata harga hingga 4,49 persen di bulan Oktober, sehingga memberikan andil terbesar terjadinya inflasi pada Oktober 2019," kata Kasi Distribusi BPS Kota Madiun Ida Ayu Damayanti di Kantor BPS setempat, Senin.
Ia mengatakan komoditas lain yang memberikan andil terjadinya inflasi di Kota Madiun pada Oktober selain daging ayam ras, adalah rokok kretek filter, bawang merah, jeruk, kelapa, genteng, beras, ketimun, kacang panjang, dan susu untuk bayi.
"Daging ayam ras mengalami kenaikan harga karena stok yang terbatas. Sementara permintaan tinggi karena banyak hajatan," kata Ida.
Komoditas rokok kretek filter, tercatat mengalami kenaikan harga sebesar 1,48 persen disebabkan karena rencana pemerintah yang akan menaikkan harga cukai pada tahun 2020.
"Sehingga produsen rokok sudah berupaya menaikkan harga rokok pelan-pelan sebagai bentuk persiapan kenaikan cukai tersebut. Hal itu sebagai salah satu langkah agar konsumen tidak kaget saat harga rokok naik karena kenaikan cukai yang diperkirakan mencapai 23 persen," jelas Ida.
Sedangkan komoditas beras, mempengaruhi terjadinya inflasi sebesar 0,0131 persen karena mengalami kenaikan harga sebesar 0,34 persen.
"Dari tujuh kelompok pengeluaran tercatat sebanyak lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi, satu kelompok pengeluaran mengalami deflasi, dan satu lainnya tidak mengalami perubahan indeks," tuturnya.
Kelompok yang mengalami inflasi paling tinggi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang mencapai 0,21 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi 0,06 persen; kelompok sandang dan kelompok kesehatan sama-sama mengalami inflasi sebesar 0,04 persen.
Kemudian kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi sebesar 0,01 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan tidak alami perubahan indeks atau 0,00 persen. Sedangkan yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan yang mencapai 0,01 persen.
"Adapun komoditas yang menekan laju inflasi adalah apel, telur ayam ras, buah pir, cabai rawit, wortel, semangka, bawang putih, terong panjang, emas perhiasan, dan besi beton," katanya.
Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, lanjut dia, tiga kota mengalami deflasi dan lima kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,09 persen dan inflasi tertinggi terjadi di Kota Kediri sebesar 0,32 persen.
Deflasi juga terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,08 persen dan Kota Malang deflasi sebesar 0,04 persen, sedangkan inflasi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,30 persen, Kota Probolinggo sebesar 0,12 persen, Kota Madiun sebesar 0,07 persen, dan Kabupaten Jember inflasi sebesar 0,05 persen.
Pada bulan Oktober 2019 tercatat Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,02 persen dan nasional mengalami inflasi sebesar 0,02 persen.