Blitar (ANTARA) - Puluhan santri dari sebuah pondok pesantren di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengalami mual dan muntah bersamaan yang diduga keracunan setelah makan bakso.
Kepala Seksi Imunisasi dan Surveilen Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Hendro Subagyo mengemukakan para santri itu mengalami mual, lemas dan diare. Mereka langsung dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
"Jadi, ada santri yang mengeluhkan sakit perut, muntah, dan diare setelah makan bakso. Mereka dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan," katanya di Blitar, Sabtu.
Ia mengatakan, para santri dari sebuah pondok pesantren di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, itu, makan bakso pada Jumat (13/9). Bakso itu dimasak sendiri oleh petugas masak di pondok pesantren tersebut sejak Kamis (12/9).
Dinas Kesehatan belum bisa memastikan penyebab para santri itu mengalami mual dan muntah bersamaan, apakah dari cara memasak atau karena bakso itu sudah lama dimasak, mengingat dimasak pada Kamis.
Sementara itu, dari 94 santri yang mengeluhkan sakit, 71 santri di antaranya bisa rawat jalan. Kondisi mereka membaik setelah mendapatkan perawatan oleh petugas medis dari puskesmas.
Namun, untuk sisanya terpaksa harus dirawat di puskesmas, karena kondisinya yang masih lemah dan masih mengalami diare. Mereka diberi obat serta cairan infus, agar kondisinya semakin membaik dan tidak lagi mengalami diare.
Kendati kondisi para santri tersebut sudah lebih baik setelah mendapatkan perawatan tim dokter, menurut Hendro Subagya, terdapat satu santri yang harus dirujuk ke rumah sakit, karena kondisinya yang kurang membaik dan harus mendapatkan perawatan intensif.
Dinas Kesehatan Blitar, kata dia, juga sudah mengambil sampel makanan yang dimakan para santri tersebut untuk dilakukan uji laboratorium di Surabaya. Hal itu untuk memastikan penyebab keracunan yang dialami para santri tersebut.
Perkara itu juga ditangani oleh kepolisian sektor setempat. Mereka juga masih berupaya melakukan penyelidikan terkait dengan dugaan keracunan tersebut. Polisi berusaha mengumpulkan keterangan sejumlah saksi, termasuk dari pengasuh pondok pesantren tersebut.