Blitar (Antaranews Jatim) - Aparat Kepolisian Resor Blitar, Jawa Timur, menangani kasus keracunan massal yang terjadi di Desa Slorok, Kabupaten Blitar, hingga menyebabkan mereka harus dirawat di rumah sakit.
"Para korban sudah dibawa ke puskesmas sejak kemarin. Bahkan, jumlahnya juga terus bertambah ada 52 yang sakit, dua di antaranya dibawa ke RSUD Wlingi, lainnya di Puskesmas Doko," kata Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polres Blitar AKP Purwadi di Blitar, Kamis.
Ia mengatakan, keracunan massal itu dialami warga di Dusun Jatiroto, Desa Slorok, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Awalnya, warga mengikuti acara hajatan di rumah Sunarji, warga desa tersebut dan setelah acara tersebut saat pulang warga mendapatkan nasi lengkap dengan lauk berupa olahan daging kambing.
Semua warga yang ikut acara pengajian tersebut mendapatkan nasi tersebut. Di rumah, mereka menyantap makanan tersebut dengan keluarga, namun ternyata mereka sakit. Mereka mengalami diare parah hingga dibawa ke puskesmas. Bukan hanya satu orang, ternyata banyak warga lainnya yang mengalami sakit dengan gejala yang sama, diare dan semakin parah.
Korban, kata dia, awalnya dibawa ke Puskesmas Doko, Kabupaten Blitar, untuk perawatan. Namun, dua orang terpaksa dirujuk ke RSUD Ngudi Waluyo, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Mereka yang dirujuk itu, selain karena diare, usia mereka sudah uzur dan satunya lagi masih anak-anak.
Pihaknya juga langsung mengumpulkan berbagai informasi penyebab mereka sakit tersebut. Mayoritas mereka mengaku makan nasi yang diberikan setelah acara pengajian di salah seorang warga.
Polisi lalu meminta bantuan tim medis untuk melakukan pemeriksaan dari makanan yang dikonsumsi warga tersebut. Saat ini, tim medis masih pemeriksaan di laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, untuk memastikan penyebab sakit warga tersebut.
"Kami dibantu tim medis juga sudah membawa sampel makanan untuk uji laboratorium di dinas kesehatan. Yang dibawa adalah sisa makanan dan saat ini masih menunggu hasilnya," kata dia.
Pihak kepolisian belum melakukan pemeriksaan lebih mendalam, sebab dari informasi yang diterima pemilik rumah juga mengalami sakit yang sama dengan warga lainnya.
Hingga kini, dari 52 warga yang diketahui menderita keracunan tersebut, ada empat warga yang diperbolehkan pulang. Kondisi mereka sudah lebih baik setelah mendapatkan perawatan medis di puskesmas tersebut. Sementara itu, sisanya saat ini masih proses penyembuhan baik di rumah sakit maupun di puskesmas. (*)