Jombang (ANTARA) - Kepala Unit Kecelakaan Satlantas Kepolisian Resor Jombang Inspektur Satu Sulaiman ternyata mempunyai hobi mengoleksi benda-benda pusaka yang dikumpulkannya sejak 40 tahun lalu. Hingga kini koleksinya sudah mencapai 800 buah dan nilai benda yang dianggap keramat itu mencapai ratusan juta rupiah.
"Kalau jenis pusaka keris ada 600 sampai 700 buah, terus untuk tombak sekitar ya 100-an," kata Sulaiman saat ditemui ANTARA di rumahnya Desa Kayangan, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu.
Pria kelahiran 1 Oktober 1966 ini kepincut dengan benda pusaka keris sejak duduk di bangku kelas I sekolah menengah pertama (SMP).
"Sudah 40 tahun lebih. Waktu saya suka benda pusaka, punya keris sejak masih SMP peninggalan dari orangtua," tutur Sulaiman.
Keris-keris yang dimiliki polisi berpangkat dua balok berwarna emas di pundak itu merupakan peninggalan kerajaan yang pernah mahsyur di Indonesia, seperti Kerajaan Mataram, Singosari sampai Majapahit.
"Dari Mataram kuno, Singosari, Majapahit, semuanya ada. Insyaallah," katanya.
"Keris macam-macam. Setiap raja itu punya kelebihan-kelebihannya," cerita Sulaiman.
Setiap keris yang kini dimilikinya dalam jumlah ratusan tersebut kesaktiannya datang jika dipercaya. Karena itu, yang tidak percaya, keris pusaka itu takkan menjadi jodohnya.
"Pantangan juga ada saat merawat keris tersebut. Begitu juga tidak sembarang orang bisa dititipi untuk merawatnya," ungkapnya.
Keris-keris yang dimiliki Sulaiman juga dirawat. Sama seperti yang lainnya, dibersihkan, dijamas, dan diwarangi. Ada ahli khusus yang membantu Sulaiman untuk merawat keris-keris itu.
Selain itu, keris-keris tersebut disimpan di ruangan khusus yang ada di lantai dua rumahnya. Di dalam kamar tersebut tersimpan ratusan benda pusaka.
Sulaiman mempunyai alasan khusus suka dengan benda pusaka seperti keris. Menurutnya, keris adalah benda budaya hasil dari garapan buatan nenek moyang yang indah.
"Keris memiliki bentuk yang indah, pamornya, ada luknya. Pamornya mengambarkan macem-macem. Setiap bentuknya indah, semua dari zaman ada ciri khasnya masing-masing. Ada yang luk dan ada yang lekuk, misalnya era Majapahit ciri khasnya agak kecil terus ada seperti tindik," imbuhnya.
Selain itu, keris juga dianggap menjadi barang keramat dan dianggap sakral. Keris juga menjadi pralambang untuk mengolah daya batin dan raga manusia, karenanya orang Jawa menamakan keris dengan sebutan piyandel atau Sipat Kandel.
Piyandel atau Sipat Kandel mampu memanifestasikan doa, harapan, cita-cita, dan tuntunan melalui dapur, ricikan, pamor, besi, dan baja yang dibuat oleh para empu dalam laku tapa, prihatin, puasa dan selalu memuji kebesaran Tuhan.
"Juga untuk menyelamatkan benda-benda pusaka peninggalan leluhur, nenek moyang kita. Bisa menyelamatkan aset nenek moyang kita, bisa menyimpan benda-benda tersebut itu ada ketentraman batin, kepuasan tersendiri," tegas Sulaiman.
Untuk mendapatkan benda pusaka seperti keris itu, ia berburu ke kampung-kampung atau ada juga dari pemberian teman dan saudara.
"Ada yang kita dapat sendiri, ada yang dari teman atau saudara-saudara yang istilahnya itu bareng-bareng kita uri-uri peninggalan leluhur," ujar Sulaiman.
Koleksi keris yang dimilikinya pernah ditawar kolektor dengan harga Rp400 juta sampai Rp500 juta, namun tidak dilepas dengan alasan tertentu.
"Waktu itu namanya orang nawar, ada yang Rp400 juta-Rp500 juta tapi ndak tak kasihkan. Karena, kebetulan kita suka dan yang terpenting untuk menyelamatkan peninggalan nenek moyang," tegas Sulaiman.
"Kebetulan selama ini kita ndak pernah istilahnya mengeluarkan atau ditawarkan sekian. Tapi, alhamdulillah di sini ada keris yang seperti di medsos itu yang ditawarkan dengan harga Rp1 miliar. Alhamdulillah ada semua disini," pungkasnya.
Kisah polisi di Jombang gemar koleksi keris
Rabu, 28 Agustus 2019 21:31 WIB
Waktu itu namanya orang nawar, ada yang Rp400 juta-Rp500 juta tapi ndak tak kasihkan