Blitar (ANTARA) - Pabrik Gula PT Rejoso Manis Indo (RMI) di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mulai melakukan giling perdana menyusul mulai beroperasinya pabrik gula tersebut.
"Kami sudah mulai penggilingan tebu sejak 22 Agustus 2019 dengan mengolah tebu rata-rata di pekan pertama mencapai 4.000 TCD (tones of cane per day/ ton tebu per hari). Angka ini masih akan terus naik 10.000-20.000 TCD," kata Direktur Utama PT RMI Blitar Syukur Iwantoro di Blitar, Sabtu.
Ia mengatakan potensi lahan tebu di Kabupaten Blitar lebih dari 39 ribu hektare, namun yang baru tertanam tebu sekitar 40 persen.
Perusahaan, kata dia, secara perlahan-lahan membeli tebu hasil tanaman para petani di Kabupaten Blitar.
Pabrik yang berada di Desa Rejoso, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar ini masih baru. Para petani tebu di Blitar juga belum semuanya menjual hasil tebu mereka ke RMI.
Beberapa petani yang menjadi mitra dari pabrik gula lainnya menjual tebu ke pabrik di luar daerah. Namun, jika dijual ke luar daerah, mereka juga harus memikirkan tentang transportasi hingga risiko turun rendemen.
Namun, pihaknya mempunyai kebijakan yang ditawarkan ke petani untuk menjual tebunya. Perusahaan membeli tebu secara langsung dan untuk pembayaran dilakukan dengan transfer secara langsung ke petani.
Bahkan, perusahaan juga memfasilitasi para petani tebu yang hendak mengajukan kredit melalui BNI. Selain itu, manajemen juga berupaya untuk mendorong agar pemerintah memberikan bantuan alat-alat pertanian kepada para petani, agar lahan mereka bisa dikelola lebih baik lagi. Dengan itu, diharapkan petani tebu di Blitar akan semakin bergairah dalam menanam tebu.
Perusahaan, kata Syukur, melakukan pembelian dengan harga Rp72 ribu per kuintal, di atas harga dasar yang telah ditetapkan pemerintah. Sesuai dengan keputusan, harga dasar itu adalah Rp52 ribu per kuintal. Dengan itu, diharapkan petani tebu mau menjual hasil tanamannya ke pabrik.
"Kami bersama petani tebu di Blitar akan mengembalikan Kabupaten Blitar sebagai daerah produsen tebu dan gula konsumsi andalan di Jatim dan memberikan kontribusi signifikan menuju tercapainya swasembada gula nasional," ujar dia.
Dalam usaha ini, total investasi yang dikeluarkan oleh PG RMI Blitar mencapai Rp3,42 triliun. Perusahaan ingin berkontribusi untuk nasional, mengingat Kementerian Pertanian juga terus mendorong minat investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi gula guna mencapai target swasembada gula.
Kementerian Pertanian menargetkan pada 2020 akan terbangun sembilan pabrik gula baru yang tersebar di Jawa dan luar Pulau Jawa serta kawasan timur Indonesia dalam rangka percepatan swasembada gula nasional tersebut. Saat ini, terdapat tiga pabrik gula baru yang sudah mulai beroperasi, salah satunya PG RMI di Blitar. Dari pabrik gula yang baru itu, kapasitas produksinya rata-rata 6.000-10.000 TCD dengan tingkat rendemen di atas 8 persen. Rata-rata, dari tiga pabrik gula baru itu bisa menghasilkan 3.000 ton gula per hari.
Sementara itu, di pabrik gula itu mendapatkan kunjungan mantan Panglima TNI Laksamana (Purn) Agus Suhartono. Ia sengaja datang berkunjung ke pabrik gula guna melihat potensi perusahaan.
"Kami meninjau dimana pabrik ini merupakan pabrik gula yang mungkin pertama di Blitar. Tentu kami sangat berharap kehadiran pabrik gula ini memiliki makna bagi masyarakat Blitar, harapannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Blitar, memberikan lapangan kerja, mengedukasi masyarakat Blitar menjadi petani tebu yang baik," kata pria yang juga Ketua Paguyuban Blitar Raya ini.
Ia juga percaya ke depan pabrik ini akan sangat mampu membina masyarakat Blitar menjadi petani tebu, baik dari sistem, teknologi yang digunakan, hingga bibit. Dirinya berharap, masyarakat di sekitar pabrik gula juga merasa ikut memiliki pabrik.
Agus juga terkesan dengan pabrik itu, yang ternyata menggunakan teknologi terbaik. Secara fisik dibangun baik, kebersihan terjaga, penataan juga baik. Untuk pembangkit listrik masih menggunakan batu bara, namun ke depan direncanakan menggunakan ampas. Jika berlebih, nantinya listrik juga bisa dinikmati masyarakat sekitar. (*)