Pasuruan (ANTARA) - Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Pasuruan, Jawa Timur, menggunakan jaringan gas bumi dari perusahaan gas negara (PGN) untuk memasak kebutuhan santri yang tinggal di pondok yang didirikan KH. Abdul Hamid ini.
Kepala Pengurus Pondok Pesantren Salafiyah, Pasuruan, Husni Mubaroq, Jumat mengatakan, sehari-harinya santri memulai kegiatan sejak dini hari untuk melakukan shalat tahajud.
"Di pondok pesantren ini bangun malam itu wajib. Sebelum tahajud, anak-anak biasanya bikin kopi biar tidak ngantuk. Nah, dulu kan di sini pakai gas tabung buat masak airnya, kadang tiba-tiba kehabisan gas, jadinya tidak bisa bikin kopi. Tapi kalau sekarang sudah tidak ada lagi," ujarnya.
Ia mengatakan, pondok yang diperuntukkan bagi santri putra memang tidak ada kegiatan masak memasak dalam jumlah besar. Kompor di dapur biasanya hanya digunakan untuk membuat air bagi yang ingin membuat kopi atau memasak mi instan.
"Untuk urusan konsumsi bagi santri, koperasi sudah bekerjasama dengan pihak lain yang mengirimkan makanan untuk para santri. Selain itu para santri biasanya juga membeli makanan di sekitar pondok. Begitu juga di pondok santri putri. Meskipun memiliki banyak santri, namun memasak juga tidak selalu dalam jumlah besar. Hanya dalam waktu-waktu tertentu saja mereka menanak nasi dan memasak lauk," tuturnya.
Ketika ditanya mengenai awal menggunakan jaringan gas, Husni mengaku pengurus awalnya sempat memiliki kekhawatiran.
"Awalnya musyawarah dulu karena kami sempat khawatir. Akhirnya beberapa kawan mencari informasi mengenai jaringan gas ini. Katanya enak karena praktis dan aman. Karena dijamin keamanannya, kami percaya," ujarnya.
Di awal perubahan dari gas tabung ke jaringan gas juga tidak ada kesulitan berarti, karena santri mengaku lebih nyaman menggunakan jaringan gas ini dibandingkan gas tabung.
"Dengan pemakaian jaringan gas, lebih hemat waktu dan hemat biaya. Hemat waktu karena setiap kali dibutuhkan bisa langsung digunakan. Tidak harus menunggu penggantian gas tabung ketika kehabisan," katanya.
Ia menjelaskan, dulu di santri putra 1 tabung gas 3 kilogram habis sekitar sepekan. Sedangkan, di santri putri lebih banyak lagi, satu bulan mungkin bisa habis 3-4 elpiji tabung 3 kilogram.
"Dengan perhitungan harga gas tabung Rp18 ribu, maka dalam satu bulan rata-rata Rp140 ribu-Rp150 ribu," ucapnya.
Sales Area Head Pasuruan PT Perusahaan Gas Negara Tbk, Makki Nuruddin mengatakan, sejak diluncurkan pada Januari 2019 saat ini sudah menjangkau 6.314 pelanggan di seluruh wilayah Kota Pasuruan.
Di wilayah tersebut, pelanggan yang sekarang ada memang baru untuk rumah tangga walau tidak menutup kemungkinan ada beberapa diantaranya yang memiliki usaha skala rumah tangga .
"Petugas-petugas di lapangan juga kami minta untuk tidak lelah menjawab pertanyaan dari warga. Kadang, kami mengunjungi suatu wilayah untuk pengecekan, namun akhirnya tertahan karena harus menjawab pertanyaan warga karena ada yang masih takut-takut dan pertanyaan-pertanyaan lainnya," katanya.(*)
Ponpes Salafiyah gunakan gas bumi untuk memasak kebutuhan santri
Jumat, 2 Agustus 2019 20:29 WIB