Jakarta (ANTARA) - Angka pernikahan di China sangat rendah, terutama di sejumlah daerah yang mengalami kemajuan secara ekonomi.
Biro Pusat Statistik Nasional (NBS) dan Kementerian Kependudukan China (MCA) mencatat bahwa pada 2018 hanya terdapat rata-rata 7,2 orang yang menikah dari setiap 1.000 orang usia nikah.
Angka pernikahan itu sangat rendah di China dalam 10 tahun terakhir, demikian media resmi setempat, Selasa.
Di Kota Shanghai sebagai daerah setingkat provinsi yang paling maju perekonomiannya di China, tercatat dari 1.000 orang hanya 4,4 orang yang menikah, disusul oleh Provinsi Zhejiang di angka 5,9 orang.
Angka pernikahan juga sangat rendah di Provinsi Guangdong, Kota Beijing, dan Kota Tianjin yang merupakan daerah maju di China.
Profesor Yuan Xin dari Nankai University, Tianjin, mengemukakan bahwa alasan utama rendahnya angka pernikahan terjadi lantaran banyaknya orang yang tidak ingin menikah.
Menurut dia, warga berlatar belakang pendidikan tinggi biasanya memilih tidak buru-buru menikah. Hampir 40 persen perempuan lulusan perguruan tinggi masih bekerja atau sedang mengejar gelar doktor sehingga mereka memilih berumah tangga dengan pria yang memiliki latar belakang pendidikan setara. Alasan itu pula yang membuat perempuan berpendidikan di China butuh waktu lama mendapatkan jodoh.
Usia rata-rata menikah bagi penduduk Shanghai pada 2015 adalah 30,3 tahun untuk pria dan 28,4 tahun untuk wanita. Federasi Perempuan Shanghai (SWF) mencatat usia rata-rata itu mundur lima tahun untuk pria dan 5,4 tahun untuk wanita dibandingkan 2005.
Saat ini terdapat sekitar 7 persen perempuan berusia 30-35 tahun di China tidak menikah, atau lebih dari 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan 1990.
Akselerasi urbanisasi menjadi beban ekonomi tersendiri bagi warga yang tinggal di perkotaan sehingga minat untuk menikah dan memiliki keturunan makin rendah.
Survei Liga Pemuda Komunis China (CYLC) pada 2018 mendapati 69,5 persen responden menyatakan tidak menikah hingga menemukan alasan yang bisa mereka terima.
Selain itu survei tersebut juga menemukan 15,6 persen responden merasa nyaman hidup sendirian. (*)