Surabaya (ANTARA) - Jumlah pasien plasenta akreta (suatu kelainan pada ibu hamil) yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya setiap tahun terus mengalami peningkatan.
"Berdasarkan data jumlahnya semakin meningkat dari satu pasien tahun 2014, tujuh pasien tahun 2015, kemudian 24 pasien tahun 2016, 60 pasien di tahun 2017, dan 71 pasien dari Januari hingga Mei 2019," kata dokter spesialis kandungan RSUD Dr Soetomo, Dr Aditiawarman SpOg, pada acara Pertemuan Ilmiah Tahunan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (PIT POGI) 2019, Rabu.
Aditiawarman mengungkapkan meningkatnya jumlah rujukan pasien ini karena memang semakin banyak dokter kandungan yang waspada.
"Dengan lebih dini ditangani maka lebih bisa dihindari risiko kematian ibu. Apalagi masih ditanggung BPJS juga," ujarnya.
Pria yang juga staff Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya ini mengungkapkan risiko kematian ibu hamil akibat menderita plasenta akreta sama besarnya dengan preeklampsia.
Meskipun dipengaruhi riwayat operasi caesar, namun ia menegaskan bahwa operasi caesar tidak serta merta menyebabkan plasenta akreta.
"Tetapi operasi caesar bisa jadi pemberat, karena habis dioperasi pasti ada kekurangan-kekurangan yang dialami. Termasuk saat dia hamil lagi, karena selesai operasi caesar bisa jadi ada bekas yang membahayakan di dalam tubuh," ujarnya.
Sehingga orang dengan riwayat caesar harus harus kontrol dengan baik dan melakukan rangkaian pemeriksaan saat hamil kembali untuk memastikannya.
"Penderita plasenta previa di Indonesia disarankan untuk tidak hamil lagi. Bahkan yang kondisinya parah bisa sampai diangkat rahimnya," katanya.
