Surabaya (Antaranews Jatim) - Komunitas Ksatria Airlangga yang merupakan forum alumni Universitas Airlangga menilai debat antarcalon presiden yang berlangsung di Jakarta pada Minggu malam (17/2), secara umum berlangsung lebih hidup dan lebih berkualitas dibanding debat pertama Januari lalu.
"Masing-masing capres terlihat lebih siap menjawab pertanyaan dari panelis yang disampaikan melakui moderator debat," kata Koordinator Komunitas Ksatria Airlangga Teguh Prihandoko kepada Antara di Surabaya, Senin.
Meski begitu, lanjut dia, tampak jelas Jokowi lebih menguasai masalah dibanding Prabowo dalam debat yang mengusung tema tentang infrastruktur, energi, pangan, sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup itu.
Menurutnya, Jokowi hafal beragam angka yang sudah dicapai pemerintahannya selama 4,5 tahun ini sehingga hal ini membuat Prabowo sering tampak kelimpungan seperti menyerah.
Selain itu, lanjut dia, serangan Prabowo tentang tidak adanya "feasibility study" dalam pembangunan infrastruktur, misalnya ditepis Jokowi dengan mudah. Menurut Jokowi, semua pembangunan yang dilakukan pemerintah tentu sudah melalui tahapan-tahapan perencanaan yang matang.
Seperti halnya yang dikatakan Jokowi bahwa pemerintah sudah membangun 191,000 kilometer jalan baru, begitu pula pelabuhan, bandara dan lainnya. Bahkan Palapa Ring (jaringan broadband) sudah 100 persen jadi di Indonesia Barat dan Tengah serta Indonesia Timur pada Juli mendatang juga akan selesai.
"Menurut Jokowi, semua itu diperlukan untuk memperlancar interkonektivitas di seluruh penjuru negeri," kata Teguh yang sempat orasi di acara nonton bareng Debat Capres ke-2 yang digelar Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta pada Minggu (17/2).
Teguh juga mempertanyakan kemampuan Prabowo memimpin republik ini karena mempertanyakan apa itu startup dan unicorn. Pertanyaan itu menurut Teguh menegaskan ketidaktahuan Prabowo terhadap tren industri yang kebanyakan dikelola anak muda.
"Para milenial yang punya hak pilih harus kritis, siapa capres yang menguasai masalah industri masa depan dan siapa yang tidak," kata Teguh.
Hal sama juga dikatakan deklarator Komunitas Airlangga di Jakarta, Heru Hendratmoko. Ia menyototi pernyataan Prabowo yang menyinggung soal redistribusi lahan melalui pembagian sertifikat sebagaimana sering dilakukan Jokowi selama 2 tahun terakhir tidak menjawab persoalan karena penduduk Indonesia akan terus bertambah, sementara jumlah lahan terbatas.
Namun program Reforma Agraria ini, menurut Jokowi, sudah mencapai 2,6 juta hektare dari target seluas 12,7 hektare dan pembagiannya bukan ditujukan untuk orang atau pengusaha kaya, melainkan untuk petani kecil agar produktivitas mereka meningkat.
"Data yang dipegang Jokowi tentang Prabowo yang menguasai lahan seluas 220 ribu hektare di Kalimantan Timur dan 120 ribu hektare di Aceh telah membuat Prabowo kelenger. Bagaimana mungkin dia berpihak kepada petani, kalau lahan ratusan ribu hektare itu ia kuasai sendiri?" ujarnya.
Meski demikian di akhir sesi debat, Prabowo akhirnya mengakui kalau lahan yang dikuasainya adalah berbentuk Hak Guna Usaha (HGU).
Komunitas Ksatria Airlangga adalah forum alumni Universitas Airlangga yang pada 11 Januari lalu mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan capres/cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin. (*)
Ksatria Airlangga : Debat Kedua Lebih Hidup dan Berkualitas
Senin, 18 Februari 2019 8:54 WIB
Masing-masing capres terlihat lebih siap menjawab pertanyaan dari panelis yang disampaikan melakui moderator debat