Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Seluas 1.345 hektare tanaman padi lahan banjir luapan Bengawan Solo yang tersebar di delapan desa di Kecamatan Baureno dan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, panen tanpa terganggu banjir, sejak sepekan lalu.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Bojonegoro Zaenal Fanani di Bojonegoro, Selasa, menjelaskan bahwa tanaman padi seluas 1.345 hektare di enam desa di Kecamatan Kanor dan dua desa di Kecamatan Baureno, bisa panen tahun ini.
Padahal, sawah di dua kecamatan itu selalu rutin dilanda banjir luapan Bengawan Solo, sehingga sebagian petani ada yang bisa panen, sebagian lainnya gagal panen.
"Tanaman padi di dua kecamatan itu panen mulai Januari sampai Februari. Petani di lahan banjir bisa panen, sebab banjir luapan Bengawan Solo belum datang," ucapnya menambahkan.
Ia merinci luas tanaman padi di Desa Simbatan 70 hektare, Kedungarum 150 hektare, Kedungprimpen 275 hektare, Temu 200 hektare, dan Prigi 150 hektare, semuanya di Kecamatan Kanor.
Lainnya di Kecamatan Puncarum dan Kadungrejo, di Kecamatan Baureno, masing-masing 200 hektare dan 100 hektare.
"Setelah ini biasanya lahan petani dibiarkan bero, sebab akan datang masa banjir luapan Bengawan Solo. Petani kembali menanam padi setelah banjir selesai," ujarnya.
Mengenai tanaman padi di sejumlah kecamatan lainnya yang menjadi langganan banjir, menurut dia, kemungkinan juga ada, seperti di Kecamatan Balen, Kota, Trucuk dan Kalitidu. "Hanya saja luasnya saya tidak hapal," ucapnya.
Kepala Desa Puncangarum, Kecamatan Baureno, Bojonegoro Sanawi membenarkan petani di lahan banjir luapan Bengawan Solo di desanya sekarang ini mulai panen tanaman padi.
Padahal, lanjut dia, para petani biasanya harus menghadapi masalah dengan datangnya banjir luapan Bengawan Solo, sehingga bisa gagal panen.
"Petani bisa panen dengan harga gabah yang cukup tinggi mencapai Rp5.200 per kilogram gabah kering panen (GKP)," ucapnya.
Harga gabah yang sekarang berlaku, lanjut dia, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga gabah pada waktu panen musim banjir tahun lalu yang hanya mencapai Rp4.200/kilogram untuk GKP.
"Tapi, kemungkinan harga gabah akan turun, karena faktor curah hujan semakin tinggi," ujarnya. (*)