Surabaya (Antaranews Jatim) - Legislator menyoroti pengerjaan proyek gorong-gorong di kawasan Jalan Raya Ngagel, Kota Surabaya, Jawa Timur menyusul adanya keluhan dari warga dan pengguna jalan setempat.
"Proyek ini dikeluhkan warga karena minimnya sosialisasi dari pemkot," kata anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Surabaya Riswanto saat meninjau proyek gorong-gorong di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, banyak warga yang tidak mengetahui adanya penutupan di Jalan Raya Ngagel Sisi ?Utara akibat pengerjaan proyek gorong-gorong tersebut. Penutupan jalan menimbulkan dampak bagi pengguna jalan baik arah menuju Gubeng maupun menuju Wonokromo.
Riswanto menyesalkan tidak ada sosialisasi ke masyarakat terkait pengerjaan proyek gorong-gorong ini. Tentunya, lanjut dia, hal ini perlu menjadi evaluasi pemkot karena terkait kepentingan umum.?
"Ini sudah menjadi tanggung jawab penanggung jawab pelaksana kerja dalam hal ini Dinas PU Bina Marga," katanya.
Selain itu, politikus PDI Perjuangan ini juga menyoroti atas target penyelesaian proyek yang harus sesuai dengan kajian teknis.
Ia mengingatkan jangan sampai lantaran dikejar target penormalan fungsi jalan, proses pengecoran yang sejatinya baru bisa difungsikan 14 hari pascapengecoran namun dipercepat untuk mengembalikan fungsi jalan.
"Ini justru akan berdampak ketidakmaksimalan pengerjaan proyek yang akhirnya nantinya dikhawatirkan ada pergeseran pipa akibat beban jalan," katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan pengerjaan gorong-gorong di Ngagel tersebut dikebut untuk mengantisipasi banjir pada saat musim hujan.?
"Ini kami kebut sebelum musim hujan, mulai pengerjaan pemasangan pipa untuk saluran air dari pompa air di Jalan Flores menuju ke pembuangan Sungai Ngagel," katanya.
Tidak hanya melakukan pemantauan fungsi pompa air, lanjut dia, namun juga melakukan pengaktifan pompa air ?bahkan pemkot juga mulai mengaktifkan sejumlah pompa air yang mati salah satunya di pompa air Jalan Flores.
Erna mengakui bahwa sebelumnya memang sempat ada kesulitan untuk proses pengerjaan proyek gorong-gorong senilai Rp2 milliar ini karena warga menolak perkampungannya dijadikan perlintasan persimpangan pipa air. (*)