Ngawi (Antaranews Jatim) - Sejumlah warga di tepian Waduk Sangiran di Dusun Bowan Timur, Desa Sumber Bening, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mengalami kesulitan air bersih akibat waduk dan sumur yang menjadi sumber air di wilayah setempat kering.
Salah seorang warga desa setempat, Basuki, Rabu mengatakan seiring memasuki musim kemarau, sumur-sumur milik warga Desa Sumber Bening mulai mengering. Tak hanya itu, air Waduk Sangiran yang biasanya menjadi alternatif tempat mencari air, juga kering.
"Warga sudah kesulitan air bersih sejak empat bulan terakhir saat memasuki musim kemarau," ujar Basuki.
Untuk memenuhi kebutuhan air, warga desa setempat terpaksa mengambil air dari sendang yang berada di hutan jati milik Perhutani KPH Saradan. Mata air atau sendang tua tersebut menjadi andalan warga dalam mendapatkan air sejak masuk musim kemarau dan air waduk kering.
Basuki menjelaskan, pada awal muism kemarau, warga biasanya mencari air dari Waduk Sangiran. Yakni dengan membuat belik atau sumur endapan di dasarnya. Namun kini air Waduk Sangiran telah kering, sehingga warga terpaksa mencari air ke kawasan hutan yang jaraknya sekitar dua kilometer dari rumah dan kondisi airnya kotor.
Meskipun kondisi airnya kurang layak konsumsi, namun warga tetap mengambilnya untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
"Warga tahu airnya kotor, namun mau bagaimana lagi. Meski kotor tetap diambil untuk keperluan masak, mandi, dan mencuci," kata dia.
Warga berharap ada bantuan pendistribusian air bersih dari Pemkab Ngawi maupun provinsi di wilayahnya secara berkala hingga musim hujan tiba.
Sementara, sesuai pemetaan BPBD Ngawi, ada 45 desa di Kabupaten Ngawi yang kesulitan air bersih saat musim kemarau tahun ini berlangsung. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 desa di antaranya dinyatakan krisis air bersih atau kering kritis.
Sedangkan 10 desa sisanya hanya kesulitan air bersih, namun belum sampai kritis. Desa Sumber Bening, Kecamatan Karangjati masuk dalam kategori 30 desa tersebut.
Adapun, 30 desa yang masuk kategori kering kritis tersebut terdapat di delapan wilayah kecamatan.
Kecamatan Ngawi terdapat dua desa, Kecamatan Pitu ada lima desa, kemudian, Kecamatan Kedunggalar sebanyak dua desa, Kecamatan Karanganyar delapan desa, Kecamatan Bringin tujuh desa, Kecamatan Karangjati tiga desa, Kecamatan Kasreman dua desa, dan Kecamatan Padas satu desa. (*)