Jember (Antaranews Jatim) - Universitas Jember (Unej) menerjunkan mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) untuk mencegah kasus stunting yakni tubuh anak pendek karena kurang gizi kronis di Kabupaten Jember, Bondowoso, dan Probolinggo.
Penerjunan mahasiswa peserta KKN Tematik tahap pertama dilaksanakan dalam upacara pelepasan yang dipimpin oleh Rektor Unej Moh Hasan di lapangan utara Gedung Soetardjo Kampus Unej, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin.
Koordinator Pusat Pemberdayaan Masyarakat Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Unej Hermanto Rohman mengatakan dari 10 program tematik yang digelar tercatat sebanyak 280 mahasiswa akan mengikuti KKN tematik "Stunting dan Sanitasi".
"Mereka diterjunkan di 28 desa, yakni 8 desa ada di Kabupaten, Jember, serta 10 desa di Kabupaten Bondowoso, dan 10 desa di Kabupaten Probolinggo," katanya di Jember.
Menurutnya desa lokasi penerjunan KKN Tematik "Stunting dan Sanitasi" tersebut berada di sejumlah desa yang 40 persen anak-anaknya menderita stunting.
Sementara Dosen Fakultas Kedokteran dr AL Munawwir yang menjadi salah seorang Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) mengatakan para mahasiswa peserta KKN tema stunting dan sanitasi pada tahap pertama akan melakukan observasi kondisi tiap desa, mengingat penyebab stunting bisa berbeda-beda.
"Dari pengamatan yang kami lakukan, stunting bisa disebabkan tiga hal yakni (1) masyarakat sulit mendapatkan sumber makanan bergizi, (2) sumber makanan bergizi ada, tetapi masyarakat belum mengetahuinya atau tidak tahu bagaimana mengolahnya, dan (3) terkait masalah kebiasaan dan budaya," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, setelah penyebab stunting diketahui, maka pihaknya akan mengarahkan mahasiswa untuk membuat program kegiatan yang intinya memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bahaya dan penanganan stunting sesuai kondisi lapangan.
Rektor Unej Moh Hasan dalam sambutannya menjelaskan ada dua tema baru dalam pelaksanaan KKN tematik yakni tema stunting dan sanitasi, serta tema desa tangguh bencana, namun tema lainnya tetap ada.
"Tema lainnya adalah tema desa wisata dan wirausaha sejahtera, tema desa teknologi informasi dan komunikasi, tema desa peduli buruh migran, tema desa sejahtera mandiri, tema desa pesantren, tema pembelajaran pemberdayaan masyarakat, KKN Kebangsaan, dan program kreativitas produk tape," tuturnya.
Menurutnya tema-tema tersebut dipilih melalui serangkaian diskusi dengan para "stakeholder", khususnya pemerintah daerah karena Unej ingin program KKN terintegrasi dengan program-program pemerintah, baik pemerintah pusat maupun kabupaten.
"Harapannya, dengan adanya mahasiswa KKN, maka akan turut membantu pencapaian SDGs. Khusus tema Stunting dan sanitasi dipilih karena kami tidak ingin terjadi 'lost generation'," katanya.
Ia meminta agar para mahasiswa peserta KKN mampu menjalin komunikasi dengan warga dan perangkat desa, agar mampu memetakan masalah dan kemudian menemukan solusi nyata, sehingga program KKN sebagai ajang belajar dari masyarakat, sekaligus mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh di bangku kuliah.
"Pelajari adat istiadat dan budaya setempat, serta jangan menggurui sebab masyarakat desa pun sudah kritis. Jaga nama baik almamater dan tinggalkan jejak rekam yang baik karena kalian adalah duta-duta Kampus Tegalboto," ujarnya.
Pelepasan KKN tahap pertama tersebut diikuti oleh 1.686 mahasiswa yang seluruhnya akan bertugas di Kabupaten Bondowoso yang tersebar di 165 desa yang ada di 18 kecamatan di Bondowoso.
Sebanyak 3.165 mahasiswa menjadi peserta program KKN Periode II tahun akademik 2017/2018 yang berasal dari 12 fakultas dengan peserta terbanyak dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebanyak 581 mahasiswa.
Selama 45 hari ke depan, mereka akan diterjunkan di empat kabupaten yakni Kabupaten Jember sebanyak 654 mahasiswa, Bondowoso sebanyak 1.686 mahasiswa, Situbondo sebanyak 317 mahasiswa, dan Probolinggo sebanyak 472 mahasiswa dengan bimbingan dari 60 dosen pembimbing lapangan.*
Cegah Stunting di Tiga Kabupaten, Unej Terjunkan Mahasiswa KKN
Senin, 9 Juli 2018 13:00 WIB
Harapannya, dengan adanya mahasiswa KKN, maka akan turut membantu pencapaian SDGs. Khusus tema Stunting dan sanitasi dipilih karena kami tidak ingin terjadi 'lost generation'