Jakarta, (Antara) - Sistem surjan yang selama ini digunakan dalam budi daya tani turun-temurun masyarakat Banjar dinilai sangat potensial diterapkan di lahan-lahan rawa.
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Prof Dedi Nursyamsi di Jakarta, Senin, mengatakan sistem surjan dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan petani di lahan rawa sehingga teknologi itu akan disebarkan oleh pemerintah yang sedang berupaya memanfaatkan lahan rawa untuk menopang kedaulatan pangan.
"Kita bisa tanam buah dan sayuran di lahan rawa," ucapnya seraya meambahkan bahwa sistem surjan merupakan penataan lahan yang memadukan sistem basah dan kering secara berdampingan.
"Ini merupakan kearifan lokal masyarakat rawa seperti Suku Banjar, Suku Bugis, dan Suku Makassar yang diwariskan nenek moyang," tutur Dedi.
Berikutnya saat petani Suku Jawa transmigran melihat sistem tersebut memberinya nama surjan.
"Mirip dengan pola lurik pada baju surjan yang bergaris-garis sehingga disebut surjan," ujar Dedi.
Lahan terlihat bergaris-garis karena petani mengangkat tanah menjadi pematang besar yang menjadi daratan.
"Di atas surjan petani bisa tanam jeruk dan sayuran. Di bawahnya padi," imbuh Dedi.
Sistem itu terbukti mampu meningkatkan keuntungan usahatani di lahan rawa pasang surut.
Salah satu petani Wardi, anggota poktan Ciptodadi, Desa Karang Buah, Kecamatan Belawang, Kabupaten Batola menanam jeruk pada surjan sebanyak 200 pohon/ha dan kini setiap tanaman berbuah 30-60 kg/pohon/tahun.
"Setahun jeruk panen dua kali pada panen puncak Juli-Agustus dan panen susulan Oktober-November sehingga dalam satu tahun menghasilkan 10 ton/ha," tutur Wardi.
Jika harga jeruk Rp5.000/kg, maka setahun menghasilkan Rp50 juta, belum termasuk hasil padi yang ditanam dua kali dalam setahun.
Petani lainnya Sukiran dari poktan Marga Rukun, Desa Simpang Jaya, Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Batola juga merasakan hal yang sama.
"Saya bisa sekolahkan anak di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarmasin," kata Sukiran.
Peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Koesrini, MSi mengatakan di bagian bawah yang berupa sawah dapat ditanam padi INPARA yang produksi bisa mencapai 7,5 ton/ha atau rata-rata petani 4,5 ton/ha.
"Dalam setahun dari padi dan jeruk dapat menghasilkan hingga Rp97-juta," ujar Koesrini.
Kini sistem surjan diperkaya dengan inovasi teknologi baru hasil Badan Litbang Pertanian. Teknologi tersebut seperti varietas padi Inpara, jeruk siam, pengelolaan air, ameliorasi, dan pemupukan berimbang.
Keuntungan sistem surjan juga mengurangi risiko gagal panen karena komoditas beragam. "Prinsipnya seperti meletakkan telur dengan beberapa keranjang," kata Rini.(*)