Seorang warga Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro Widji, Minggu, menjelaskan tebing Bengawan Solo di dekat rumahnya itu kembali longsor bersamaan dengan surutnya air Bengawan Solo pekan ini.
Sebelum itu, lanjut dia, hampir setiap tahun tebing Bengawan Solo di desa setempat longsor dengan lebar berkisar 3-5 meter.
"Sudah banyak rumah warga yang harus dipindahkan, karena tanahnya longsor," ucap dia dibenarkan seorang warga lainnya di desa setempat Kartini (65).
Bahkan, Kartini mengaku selama menetap di desa setempat sudah empat kali pindah rumah, disebabkan tanahnya longsor setiap musim banjir Bengawan Solo usai.
"Rumah saya ini ya sebentar lagi harus pindah, sebab longsoran akan berkembang. Ya selama ini warga pindah rumah membeli tanah sendiri," ujar Widji seraya menambahkan di desa setempat ada belasan rumah yang juga terancam longsor.
"Di Desa Ngablak, Kecamatan Dander, juga belasan rumah terancam longsor," ucap seorang warga Desa Ngablak, Kecamatan Dander, Darmo menambahkan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga menerima laporan dua rumah di Desa Dengok, Kecamatan Padangan, milik Slamet (50) dan Aziz (35), terancam longsor, karena hanya berjarak sekitar 2 meter dari tebing Bengawan Solo.
Menyusul banjir surut tebing Bengawan Solo di dekat dua rumah warga itu sehari lalu longsor sepanjang 50 meter dengan lebar 5 meter.
Menurut dia, pemerintah desa (pemdes) sekarang ini bisa mengalokasikan anggaran untuk penanganan korban bencana melalui APBDes.
"BPBD siap membantu personel untuk memindahkan dua rumah yang terancam longsor di Dengok, Kecamatan Padangan," ucapnya.
Selain itu, di Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, sebuah rumah milik Supriadi (63) terkena dampak tebing sungai di dekat Bengawan Solo yang longsor hingga mengakibatkan atapnya roboh, Minggu.
"Supriadi ketika itu sedang tidur kakinya menderita luka-luka karena terkena atap rumahnya yang roboh pagi tadi sekitar pukul 03.00 WIB," ucap seorang warga Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, Hendri. (*)
Video Oleh Slamet Agus Sudarmojo