Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Bengawan Solo di hilir, Jawa Timur, Bojonegoro, terancam banjir akibat adanya kenaikan air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah, juga Ngawi, Jumat.
"Kami mewaspacai ancaman banjir di hilir, sebab pagi tadi ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah, masuk siaga banjir," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro MZ. Budi Mulyono, di Bojonegoro, Jumat.
Sesuai data di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, bahwa ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, mencapai 7,67 meter (siaga II-kuning) Jumat pukul 06.00 WIB.
"Informasinya pagi tadi ketinggian air di Jurug, saat ini masih naik," ucapnya.
Begitu pula, ketinggian air Bengawan Madiun di Ndungus, Ngawi, juga masuk siaga banjir dengan ketinggian mencapai 6,90 meter (siaga I-hijau) pukul 09.00 WIB.
Akibat adanya kenaikan air di hulu itu, lanjut dia, ketinggian air Bengawan Solo di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer ke arah hulu dari kota, dan di taman Bengawan Solo (TBS) masing-masing 26,27 meter dan 9,65 meter pukul 12.00 WIB.
Meski demikian, menurut dia, pengaruh kenaikan air di Jurug, Solo, yang masuk siaga banjir tidak terlalu besardi daerah hilir, termasuk kenaikan air di Ndungus, Ngawi. Sebab jarak Solo dengan hilir Bojonegoro cukup jauh, apalagi hari ini tidak ada tambahan hujan deras di daerah hulu.
Yang jelas, menurut dia, BPBD juga mewaspadai potensi ancaman bencana banjir luapan Bengawan Solo, banjir bandang, tanah longsor yang terjadi selama Januari-Februari.
Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, bahwa selama dua bulan itu curah hujannya tinggi berpotensi menimbulkan banjir, juga tanah longsor.
Ia menambahkan BPBD mulai memberlakukan siaga darurat bencana sejak 1 Januari lalu dengan melakukan pemantuan ancaman bencana banjir juga yang lainnya selama 24 jam.
"Di daerah hilir, Jawa Timur, ketinggian air Bengawan Solo masih di bawah siaga banjir, tetapi kewaspadaan perlu dilakukan," kata Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro, menambahkan.
Seorang petani Desa Temu, Kecamatan Kanor, Bojonegoro Eky Nurhadi mengatakan para petani di sejumlah desa di Kecamatan Kanor dan Baureno, yang masuk daerah rawan bencana banjir, sebagian ada yang mulai memanen tanaman padi.
Bahkan, lanjut dia, para petani di desanya yang sudah panen tanaman padi sudah bersiap kembali menanam tanaman padi yang sifatnya spekulasi.
"Ya kalau banjir tidak datang ya petani untung, tetapi kalau banjir datang ya petani merugi," ujarnya. (*)