Probolinggo (Antaranews Jatim) - Seorang nelayan bernama Tajab (52) warga Desa Banjarsari meninggal dunia karena perahunya terbalik diterjang ombak di perairan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (11/1) malam.
"Kakak saya berangkat melaut untuk mencari ikan dan rajungan pada Kamis (11/1) malam sekitar pukul 21.00 WIB dan satu jam kemudian tiba-tiba angin kencang berhembus disertai gelombang laut yang cukup besar menghantam perahunya," kata Sariman yang merupakan adik kandung korban di Kabupaten Probolinggo, Jumat.
Saat kejadian, Sariman mencari ikan beberapa ratus meter di sekitar korban dan saat ombak besar datang, dia melihat alat tangkap milik kakaknya mengambang di laut dan perahunya terbalik, serta kakaknya hilang terseret arus laut.
Korban bersama beberapa nelayan berangkat mencari ikan menggunakan perahu kecil berkapasitas 1 orang dan berjarak sekitar 2 kilometer dari bibir pantai, tiba-tiba angin kencang berhembus dan gelombang besar datang menerjang perahu korban hingga terbalik.
Wakil Ketua KUB Nelayan Kabupaten Probolinggo Dodik Budi Wahyu mengatakan nelayan yang selamat dari ombak besar tersebut kemudian kembali ke pesisir pantai dan melaporkan kejadian itu kepada petugas.
"Pencarian terhadap korban dilakukan oleh Basarnas, Polairud, BPBD, Polsek, Babinsa hingga para nelayan pada Jumat pagi. Awalnya perahu korban yang ditemukan di dasar laut, kemudian perahunya ditarik ke permukaan dengan menggunakan jangkar yang ditarik oleh perahu nelayan," tuturnya.
Jenazah korban berhasil ditemukan sekitar pukul 13.30 WIB mengambang di sekitar lokasi kejadian tenggelamnya korban akibat perahunya diterjang ombak.
Sementara Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Wahid Noor Aziz mengatakan peristiwa terbaliknya perahu korban disebabkan angin kencang dan gelombang besar yang datang tiba-tiba.
"Nelayan setempat biasa menyebut dengan istilah angin Barat. Sebenarnya ketinggian air di sekitar lokasi pencarian korban hanya setinggi dagu orang dewasa, namun karena diperkirakan gulungan ombak pada tubuh korban yang dahsyat, maka membuat korban kesulitan naik ke permukaan dan tenggelam di dasar laut yang didominasi lumpur itu," tuturnya.
Korban ditemukan sudah tidak bernyawa dan mengambang di permukaan di sekitar lokasi kejadian setelah sekitar 14 jam pencarian dilakukan oleh Tim SAR gabungan bersama nelayan setempat.
"Potensi kecelakaan laut di Kabupaten Probolinggo tidak terlalu tinggi, apalagi Kabupaten Probolinggo masuk wilayah pantai utara yang rata-rata bergelombang sedang, tetapi kami sudah mewanti-wanti nelayan agar berhati-hati saat mencari ikan di laut," katanya.
Ia mengatakan rata-rata nelayan Kabupaten Probolinggo adalah nelayan dengan perahu kecil dengan kapasitas sekitar 1 GT dan perahunya berbahan viber, sehingga perahu tersebut mudah terbalik jika terkena terjangan ombak besar.
"Korban yang bernama Tajab, warga Desa Banjarsari, Kecamatan Sumberasih itu sudah memiliki kartu asuransi nelayan sejak Oktober 2017. Meskipun kartu itu baru diterima awal Januari 2018, keluarga korban bisa mengklaim santunan sebesar Rp200 juta karena meninggal dunia akibat kecelakaan kerja," ujarnya.(*)