Madiun (Antaranews Jatim) - Kota Madiun, Jawa Timur saat ini memiliki pakaian khas daerah setelah dilakukan peluncuran oleh Wali Kota setempat Sugeng Rismiyanto saat Pesta Rakyat Malam Tahun Baru 2018 di Alun-Alun Kota Madiun, Minggu, 31 Desember 2017.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Madiun Agus Purwowidakdo, Rabu mengatakan dalam penyusunan pakaian daerah Kota Madiun tersebut melibatkan akademisi hingga harus bertolak ke Jakarta dan Belanda guna mencari referensi.
"Ada beberapa model pakaian yang mengemuka. Dan, akhirnya diputuskan, pakaian khas Kota Madiun cukup mewakili orang Madiun tempo dulu. Dari beberapa survei, ada satu yang kami nilai paling sesuai kalau diterapkan dengan era sekarang," ujarnya.
Menurut dia, pakaian daerah Kota Madiun diambil dari beberapa referensi orang Madiun dulu. Mulai, dari kaum bangsawan, priyayi, hingga pelajar. Sebab, Kota Madiun dulu memiliki sekolah para calon pejabat pemerintahan bernama "Osvia".
Referensi tersebut diambl dari bukti-bukti visual mulai abad 19 atau sekitar 1918. Untuk menciptakan baju daerah tersebut, Disbudparpora bekerja sama dengan akademisi dari UGM.
Penggalian referensi dimulai sekitar Agustus lalu dengan anggaran Rp75 juta. Mulai mengumpulkan arsip di Kota Madiun, Kantor Perpustakaan Nasional di Jakarta hingga ke Belanda.
Pihaknya mengaku pakaian daerah tesebut juga akan dipatenkan dengan peraturan wali kota setempat dan didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM.
"Ini sebagai salah satu identitas Kota Madiun, sehingga wajib dilestarikan. Semoga pakaian daerah ini nanti dapat digunakan dalam acara-cara tertentu di Kota Madiun ke depannya," katanya.
Adapun untuk setelan pakaian daerah pria terdiri dari pakaian, "nyamping", bebet/stagen, sabuk, epek, timang, "lerep", dan jarit. Pakaiannya berlengan panjang seperti setelan jas. Berkantong dua di bagian bawah dan menggunakan hiasan gantungan di bagian dada.
Selain itu, pakaian pria tetap menggunakan udeng. Sebab, secara garis besar Kota Madiun memang tidak terlepas dari pengaruh mataram Yogyakarta dengan blangkonnya. Namun, udeng pakaian khas daerah Kota Madiun memiliki 17 lipatan di bagian samping. Agus menyebut angka 17 mewakili unsur Islam. Angka 17 berarti jumlah rakaat salat lima waktu.
Sedang, pada bagian bawah tetap menggunakan jarit dengan lipatan tepat ditengah. Tak banyak variasi di bagian bawah. Begitu juga dengan pakaian untuk perempuannya yang sangat sederhana. Pakaian atas perempuan menggunakan kebaya berlengan panjang dengan motif bunga. Nyaris tidak ada tambahan hiasan kecuali pada bagian belakang dibentuk mengerucut lebih panjang.
"Pakaiannya ada yang berkancing dan tidak dengan menggunakan penutup lain. Pakaian perempuan juga dipadukan dengan jarit untuk bawahannya," kata dia.
Ia berharap dengan memiliki pakaian khas daerah sendiri, maka akan semakin memperkuat identitas Kota Madiun. (*)
Pakaian Khas Daerah Dimiliki Kota Madiun
Rabu, 3 Januari 2018 15:33 WIB