Setiap daerah tentu memiliki penganan khas yang selalu diburu oleh penikmat kuliner lokal maupun luar daerah.
Seperti juga Yogyakarta dengan makanan gudegnya, Madiun dan Blitar yang kondang dengan nasi pecelnya yang memiliki keunggulan citarasa masing-masing.
Di Tulungagung pun ada makanan khas yang tak boleh ketinggalan untuk dicicipi, yaitu nasi pincuk lodho suwir yang biasanya dijual di beberapa titik emperan toko.
Orang-orang lebih dulu mengenal dengan sebutan Lodho Setan. Wow..., namanya sangar ya. Olahan makanan ini memang banyak disajikan berbumbu pedas, bahkan bisa sangat pedas sehingga diibaratkan rasanya seperti setan.
"Wow....pedasss sekali setannn..", begitu mungkin dulu awalnya banyak yang merasa terjebak dengan bumbu kuah sayur kacang yang memang diolah bersama puluhan buah cabe rawit merah dan hijau.
Tapi, bagi yang sudah paham, untuk menghindari efek kepedesan biasanya meminta untuk tanpa atau mengurangi porsi kuah lodeh pedas yang disiramkan di atas sajian nasi pincuk lodho suwir yang dipesan.
Sedangkan istilah suwir sendiri kemudian manjadi "trademark" makanan rakyat Kota Marmer ini karena menjadi paket paling murah yang ditawarkan kepada pembeli/penikmat kuliner, yakni Rp7 ribu per porsi.
Di sekitar Kota Tulungagung, jenis penganan ini cukup digemari oleh semua kalangan, mulai kelas jelata, menengah hingga golongan "the have" (mampu).
Orang-orang asal Tulungagung atau yang pernah tinggal di daerah ini, kemudian merantau atau belajar di luar kota, biasanya selalu ingin "klangenan" (bernostalgia) makan lodho suwir atau lodho setan yang merakyat ini.
Mencarinya juga tidak sulit. Cukup sedikit keliling kota menuju perempatan Gleduk ke utara, ada di sepanjang jalan dr Soetomo arah Botoran.
Lokasi ini masih jalur bus umum saat masih melalui rute dalam kota, sehingga mudah ditemukan di emperan toko. Ada setidaknya empat sampai lima titik penjual lodho pincukan yang sampai saat ini masih eksis dan diburu penikmat kuliner.
Di beberapa sisi Kota Tulungagung yang lain juga ada. Gaya menjualnya mirip penjual gudeg di Yogyakarta yang kelas emperan, memanfaatkan teras toko yang disewa pada jam tertentu atau memanfaatkan sisa trotoar.
Dikemas dengan konsep pincukan daun pisang, harga makanan yang biasa buka mulai pukul 06.00 WIB hingga 10.00 WIB ini tergolong ramah di kantong. Per porsi untuk paket lodho suwiran daging dan kulit sekitar Rp7 ribu.
Jika ditambah minum teh panas plus kerupuk biasanya pembeli cukup mengeluarkan kocek Rp10 ribu.
Namun jika tidak puas dengan suwiran, pembeli bisa memilih jenis potongan daging ayam yang diinginkan, misal tambah uritan (masakan usus dan organ dalam ayam), sayap, dada, paha hingga leher dan kepala ayam.
Jika membeli utuh satu ekor ayam untuk dibawa pulang juga bisa, harganya mulai Rp85 ribu hingga Rp110 ribu.
Meski sederhana dan jauh dari kesan mahal, namun pengunjung warung lodho suwir ini tak ubahnya restoran papan atas. Deretan sepeda motor dan mobil selalu mengular di depan trotoar.
Di Tulungagung ini, sebenarnya ada beberapa jenis kuliner yang sebenarnya menunya sudah menasional, namun soal cita rasanya yang khas dan luar biasa enak, patut untuk dicoba.
Selain lodho setan atau lodho suwir yang merakyat tadi, kuliner lain yang tak kalah enak antara lain adalah sate kambing bumbu kecap, lontong tahu bumbu kecap hingga ramuan STMJ (susu telor madu jahe) yang rasanya super Mak Nyuss....!
Tak percaya? Coba saja dan rasakan sensasi berbedanya. (*)