Blitar (Antara Jatim) - Satu keluarga terdiri ayah, ibu, serta seorang anak di Desa Krisik,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Jumat, terluka akibat tertimpa tembok yang
ambruk diterjang tanah longsor setelah tebing di belakang rumahnya
runtuh.
Indarwati, salah seorang korban mengatakan, musibah itu terjadi sesaat setelah hujan turun deras di daerahnya. Saat itu, ia sekeluarga masih tidur, tapi tiba-tiba ada suara gemuruh dan tembok kamar langsung menimpa dirinya.
"Saat itu hujan deras turun hingga jam 03.00 WIB dini hari. Saya masih tidur dan kaget tertimpa tembok. Saya 1,5 jam dan saat itu masih di tempat tidur," katanya pada wartawan di Blitar, Jumat.
Ia mengaku sempat tidak berkutik dan sangat khawatir dengan kondisi suami serta anaknya yang masih balita. Namun, suaminya juga langsung berusaha membebaskan diri, dan menolong dirinya serta anak yang masih tertimpa.
"Yang menolong ya suami saya. Saya terluka di bagian dahi, tangan, punggung. Anak saya terluka di bagian dahi dan suami di punggung," katanya.
Indarwati mengaku masih kaget dengan musibah yang diterimanya. Ia trauma, terlebih lagi musibah itu juga melukai diri serta keluarganya. Bahkan, saat ini suaminya masih harus dirawat karena luka yang dideritanya.
Sementara itu, Kapolres Blitar AKBP Slamet Waloya juga langsung memimpin anggotanya ke lokasi melakukan kerja bakti. Mereka ke lokasi bencana di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, memantau langsung kondisi bencana tersebut.
Ia juga mengatakan di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, ada 10 titik longsor yang terdata. Dari titik itu, diketahui yang paling parah terjadi di Desa Krisik, menimpa dua rumah, yaitu milik Hadi Sumayar yang dihuni dengan istrinya, Indarwati, serta rumah orangtua keduanya, yaitu Tumiran.
"Kami menerima laporan ada 10 titik longsor yang paling parah dan menimbulkan korban luka tertima tembok yang tekena longsoran. Ada tebing setinggi 15 meter menimpa dua rumah," kata Kapolres.
Ia juga sudah meminta pada warga agar menjauhi titik yang rawan longsor, terlebih lagi saat hujan deras dalam waktu yang cukup lama. Mereka diimbau untuk mengungsi sementara waktu, hingga kondisi sudah dinilai aman.
"Kami sudah sampaikan ke warga, di titik rawan longsor, apabila hujan deras dalam waktu lama, tidak ditinggali dulu atau mengungsi ke rumah saudara. Ini untuk meminimalkan dampak yang mungkin timbul akibat longsor," katanya.
Sementara itu, kondisi dua bangunan itu memang rusak cukup parah. Rumah milik Hadi Sumayar dengan istrinya, Indarwati kondisinya rusak berat. Hampir seluruh dinding rumah itu jebol akibat diterjang tanah longsor. Sedangkan, rumah orangtuanya, yaitu Tumiran, dinding rumah bagian depan jebol.
Letak rumah serta tebing juga cukup dekat, hanya beberapa mater. Tebing setinggi 15 meter itu menimpa rumah tersebut. Warga dibantu polisi juga gotong royong membersihkan rumah keduanya. Alat yang digunakan untuk untuk membersihkan juga seadanya, misalnya cangkul.
Untuk sementara, keluarga Indarwati mengungsi di rumah rumah orangtuanya. Walaupun ada bagian yang rusak, mereka istirahat di ruangan yang masih bisa dimanfaatkan. (*)
Indarwati, salah seorang korban mengatakan, musibah itu terjadi sesaat setelah hujan turun deras di daerahnya. Saat itu, ia sekeluarga masih tidur, tapi tiba-tiba ada suara gemuruh dan tembok kamar langsung menimpa dirinya.
"Saat itu hujan deras turun hingga jam 03.00 WIB dini hari. Saya masih tidur dan kaget tertimpa tembok. Saya 1,5 jam dan saat itu masih di tempat tidur," katanya pada wartawan di Blitar, Jumat.
Ia mengaku sempat tidak berkutik dan sangat khawatir dengan kondisi suami serta anaknya yang masih balita. Namun, suaminya juga langsung berusaha membebaskan diri, dan menolong dirinya serta anak yang masih tertimpa.
"Yang menolong ya suami saya. Saya terluka di bagian dahi, tangan, punggung. Anak saya terluka di bagian dahi dan suami di punggung," katanya.
Indarwati mengaku masih kaget dengan musibah yang diterimanya. Ia trauma, terlebih lagi musibah itu juga melukai diri serta keluarganya. Bahkan, saat ini suaminya masih harus dirawat karena luka yang dideritanya.
Sementara itu, Kapolres Blitar AKBP Slamet Waloya juga langsung memimpin anggotanya ke lokasi melakukan kerja bakti. Mereka ke lokasi bencana di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, memantau langsung kondisi bencana tersebut.
Ia juga mengatakan di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, ada 10 titik longsor yang terdata. Dari titik itu, diketahui yang paling parah terjadi di Desa Krisik, menimpa dua rumah, yaitu milik Hadi Sumayar yang dihuni dengan istrinya, Indarwati, serta rumah orangtua keduanya, yaitu Tumiran.
"Kami menerima laporan ada 10 titik longsor yang paling parah dan menimbulkan korban luka tertima tembok yang tekena longsoran. Ada tebing setinggi 15 meter menimpa dua rumah," kata Kapolres.
Ia juga sudah meminta pada warga agar menjauhi titik yang rawan longsor, terlebih lagi saat hujan deras dalam waktu yang cukup lama. Mereka diimbau untuk mengungsi sementara waktu, hingga kondisi sudah dinilai aman.
"Kami sudah sampaikan ke warga, di titik rawan longsor, apabila hujan deras dalam waktu lama, tidak ditinggali dulu atau mengungsi ke rumah saudara. Ini untuk meminimalkan dampak yang mungkin timbul akibat longsor," katanya.
Sementara itu, kondisi dua bangunan itu memang rusak cukup parah. Rumah milik Hadi Sumayar dengan istrinya, Indarwati kondisinya rusak berat. Hampir seluruh dinding rumah itu jebol akibat diterjang tanah longsor. Sedangkan, rumah orangtuanya, yaitu Tumiran, dinding rumah bagian depan jebol.
Letak rumah serta tebing juga cukup dekat, hanya beberapa mater. Tebing setinggi 15 meter itu menimpa rumah tersebut. Warga dibantu polisi juga gotong royong membersihkan rumah keduanya. Alat yang digunakan untuk untuk membersihkan juga seadanya, misalnya cangkul.
Untuk sementara, keluarga Indarwati mengungsi di rumah rumah orangtuanya. Walaupun ada bagian yang rusak, mereka istirahat di ruangan yang masih bisa dimanfaatkan. (*)