Kediri (Antara Jatim) - Labu madu sukses dikembangkan oleh petani di Desa Nambaan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dan diminati pasar, termasuk penjualannya hingga ke pusat perbelanjaan.
Vita Wahyu Ratih, salah seorang petani di Desa Nambaan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jumat mengemukakan ia tertarik menanam labu ini, salah satunya karena produk baru dan belum banyak yang menanam. Ia melakukan uji coba tanam dengan memanfaatkan pekarangan rumah yang lama tidak terpakai.
"Labu madu ini salah satu produk baru, belum banyak yang tanam dan akhirnya saya mencoba menanamnya. Uji coba pertama sukses, jadi seterusnya bersemangat," katanya.
Ia menyebut, labu madu ditanam di pekarangannya sekitar satu tahun lalu. Awalnya lahan yang ditanami hanya 30 ru dan ternyata bisa menghasilkan buah labu hingga 800 kilogram. Karena berhasil, ia memperluas lahan hingga 100 ru dan mampu menghasilkan buah hingga dua ton selama satu musim panen.
Vita menyebut, tanaman ini sangat menjanjikan. Cara tanamnya juga cukup mudah. Awalnya, tanah dibentuk menjadi gundukan diberi sela agar air bisa mengalir. Setelah itu, biji ditanam, dirawat dan sekiar 100 hari baru panen.
"Labu ini karakteristiknya suka air tapi tidak berlebihan. Untuk saat ini, salah satu kendala adalah perubahan cuaca," ujar perempuan yang juga pemilik "Rumah labu" ini.
Ia juga menambahkan, tanaman ini tidak harus ditanam di lahan perkebunan khusus, tapi bisa memanfaatkan perkarangan rumah yang selama ini kurang termanfaatkan dengan baik. Saat ini, sejumlah petani di Kabupaten Kediri, termasuk ibu rumah tangga juga sudah banyak yang tertarik. Dengan menanam labu manis ini, mereka mendapatkan tambahan penghasilan.
"Dari produksi lahan saya tidak mengatasi, jadi saya juga mengajak petani yang berminat tanam. Saya saja memanfaatkan lahan bekas garasi truk, tapi ternyata produk yang dihasilkan juga bagus," katanya.
Ia juga menambahkan, buah ini bisa diterima di semua kalangan, termasuk di pasar swalayan. Ia kini rutin menyuplai buah ini ke beberapa pasar swalayan di Kediri, Surabaya, Malang, Ponorogo, hingga Madiun.
Bahkan, permintaan buah ini semakin lama semakin tinggi. Dalam satu pekan setidaknya ia mendapat orderan hingga 700 kilogram labu. Untuk itu, ia juga menggandeng para petani lainnya untuk ikut tanam buah ini.
Terkait dengan harga, ia mengatakan cukup stabil yaitu Rp15 ribu per kilogram. Buah yang ukuran besar-besar biasanya dimasukkan ke pasar swalayan, ukuran sedang ke toko oleh-oleh dan yang ukuran kecil menjadi bahan makanan.
"Untuk harganya saat ini Rp15 ribu per kilogram, untuk segala ukuran. Baik yang masuk ke pasar swalayan, toko oleh-oleh ataupun untuk pusat olahan. Buah ini yang paling menonjol adalah tekstur lebih lembut, jadi untuk makanan bayi juga bagus. Rasanya juga jauh lebih manis," katanya.
Ia juga cukup senang, sebab kini buah ini bisa diolah menjadi beragam produk. Warga yang tergabung di "Rumah labu" terus mempunyai inovasi, misalnya stik labu, emping, pastel, hingga nastar. Semua produk itu sudah diurus izinnya dan permintaan pasar juga bagus.
"Ini kami juga mengolah menjadi selai dan sirup. Untuk kue basah tergantung dari pesanan. Tapi, yang makanan berat saat ini juga dibuat mi labu. Alhamdulillah, penerimaan pasar juga cukup bagus, bahkan menjadi salah satu ciri khas produk di kecamatan kami," katanya. (*)