Lumajang (Antara Jatim) - Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) melarang keras para pendaki untuk melakukan upacara 17 Agustus 2017 di puncak Semeru (Mahameru) yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) karena berbahaya dan batas pendakian di Pos Kalimati.
"Upacara 17 Agustus secara resmi akan dilakukan di Ranu Pani, namun kami mempersilakan para pendaki melakukan upacara di Ranu Kumbolo hingga Pos Kalimati yang merupakan batas terakhir pendakian Gunung Semeru," kata Kepala Balai Besar TNBTS John Keneddy saat dihubungi per telepon dari Lumajang, Rabu.
Menurutnya jumlah pendaki yang naik ke Semeru berdasarkan data dalam jaringan (daring) untuk merayakan Agustusan tercatat sebanyak 776 orang, padahal kuota pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa Tersebut sebanyak 600 orang per hari.
"Dengan jumlah tersebut masih memungkinkan jalur pendakian menampung ratusan pendaki karena tidak semua pendaki melakukan upacara di satu titik," tuturnya.
Berdasarkan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), lanjut dia, kondisi Gunung Semeru dalam status waspada, sehingga semua kegiatan pendakian tidak diperbolehkan sampai ke Mahameru.
"Tidak ada upacara bendera di Mahamaeru, sehingga pendaki tidak boleh menggelar upacara di puncak tertinggi Gunung Semeru tersebut karena berbahaya seiring dengan statusnya yang masih waspada," katanya.
Untuk mengantisipasi pendaki yang nekat ke puncak Semeru, lanjut dia, pihak TNBTS menyiagakan puluhan petugas di tiga titik yakni Ranu Pani, Ranu Kumbolo, dan Pos Kalimati, agar pendaki tidak melanggar aturan.
"Papan pengumuman batas pendakian di Kalimati dan imbauan untuk tidak naik ke Mahameru sudah dipasang dengan baik, namun masih saja ada pendaki yang menerobos naik ke puncak," ujarnya.
Petugas TNBTS, lanjut dia, tidak bisa siaga terus di Pos Kalimati karena suhu udara di sana cukup dingin yakni minus 2 derajat celcius, sehingga petugas akan memantau sesuai dengan kemampuan dan keterbatasn personel.
"Kami imbau pendaki tidak membuat api unggun untuk menghangatkan badan karena saat ini Gunung Semeru siaga satu untuk kebakaran. Angin yang kencang dan musim kemarau dapat menyebabkan api unggun yang dipadamkan tidak sempurna memicu kebakaran hutan di Semeru," katanya.
John mengimbau kepada setiap peserta upacara di jalur pendakian Semeru, agar tetap menjaga kebersihan ekosistem kawasan konservasi tersebut dengan membersihkan sampah-sampah di sekitar lokasi usai melaksanakan upacara bendera itu.
"Pendaki dan petugas diimbau untuk ikut membersihkan sampah sepanjang jalan yang dilalui untuk menuju titik upacara bendera itu, agar dibawa turun kembali," ucapnya.(*)