Tahanan dan narapidana memang pribadi yang tersisih dan terkucilkan akibat perbuatannya sendiri. Mereka pun harus menjalani kehidupan di ruangan terbatas sesuai penetapan masa hukuman atau pidana penjaranya.
Kejenuhan dan keinginan untuk bertemu dengan keluarga besar merupakan sesuatu yang sering dialami dan diinginkan oleh mereka.
Kondisi tersebut disadari dan dipahami oleh Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas II-B Sumenep, Jawa Timur, Ketut Akbar.
Akbar yang bertugas sebagai pimpinan Rutan Sumenep sejak 15 September 2016 dan koleganya di korps pemasyarakatan itu pasti tahu betul kondisi warga binaan yang "kesepian" tersebut.
"Begitu dipercaya dan mendapat mandat sebagai pimpinan Rutan Sumenep, saya langsung berusaha agar warga binaan berkreasi dan berkreativitas positif sesuai bakat dan minatnya," ujarnya.
Tujuannya supaya warga binaan memiliki aktivitas positif serta tidak hanya berdiam diri dan selanjutnya memikirkan hal-hal "aneh" selama berada di rutan.
Akbar pun tanpa sungkan berusaha berbaur dan bergaul dengan warga binaannya untuk mengetahui potensi, bakat, dan minat terpendam mereka.
Dalam kurun waktu sebulan ternyata diketahui sejumlah warga binaan bisa membuat pecut dan merajut benang hingga berbentuk hewan.
Mereka pun diajak bicara dan diajak membentuk kelompok kreatif untuk memproduksi pecut dan rajutan dengan label warga binaan Rutan Sumenep.
"Alhamdulillah, mereka bersedia sekaligus siap mengajari rekan-rekannya yang tertarik untuk membuat pecut dan rajutan benang berbentuk hewan," kata Akbar, menerangkan.
Ia bersama stafnya akhirnya memfasilitasi kemampuan sejumlah warga binaanya membuat pecut dan rajutan benang berbentuk hewan itu dengan menyiapkan modal dari koperasi rutan setempat.
Alhasil, saat ini, sedikitnya sudah ada lima kelompok kreatif di Rutan Sumenep yang memproduksi kerajinan tangan berbeda, yakni pecut, rajutan benang berbentuk hewan, layang-layang, batik tulis, dan koran bekas.
Warga binaan yang tergabung dalam kelompok kreatif pun bertambah banyak dari sebelumnya hanya sekitar 20 orang.
Hasil karya mereka yang berlabel "WB" pun sudah dijual ke publik melalui kerja sama dengan pengelola objek wisata, hotel, dan toko setempat.
Selain kelompok kreatif berbasis keterampilan tangan, hasil begadang Akbar untuk bicara dari hati ke hati dengan para warga binaan menemukan bakat dan minat terpendam lainnya, yakni bermain musik.
Kelompok musik pun dibentuk dan saat ini berformasi lima orang dari sebelumnya empat orang pada dua bulan lalu.
Dua lagu sudah tercipta dari anggota kelompok musik tersebut yang bercerita tentang pengalaman pribadinya, yakni "Penyesalan" dan "Asap Setan".
Akbar memang ingin warga binaannya berkreasi dan berkreativitas positif selama berada di rutan supaya mereka tidak jenuh sekaligus sebagai bagian dari pembinaan kepada mereka agar kembali siap bermasyarakat.
"Kami memang harus bersikap tegas. Namun, tegas itu tidak berarti saya tidak berbicara dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkreasi dan berkreativitas positif selama di rutan," katanya. (*)