Tulungagung (Antara Jatim) - Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Pratama Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menemukan peredaran rokok dengan pita cukai bekas saat melakukan operasi serentak bersandi Ampadan-1 di wilayah Kabupaten Trenggalek, Rabu.
"Ada beberapa kios yang saat kami lakukan pemeriksaan ditemukan bungkus rokok yang pita cukainya rekondisi atau bekas pakai," kata Kepala KPPBC Tipe Pratama Tulungagung Adiek Marga Raharja dikonfirmasi melalui telepon.
Kendati jumlahnya tidak masif, lanjut Adiek, temuan awal itu menjadi perhatian tim penyelidik KPPBC Tulungagung untuk melakukan pengembangan.
Menurutnya modus penjualan pita cukai bekas beberapa kali ditemukan di lapangan, terutama daerah pedalaman yang jarang dijangkau petugas.
"Modusnya memang ada penjualan pita cukai bekas dari rokok legal, dikumpulkan lalu dijual ke pengepul dengan harga Rp100 per lembar atau bisa juga dengan barter rokok setiap paket pita cukai bekas yang ditukarkan pedagang," paparnya.
Dalam operasi secara acak di sejumlah daerah pelosok di Kecamatan Kampak, Trenggalek itu petugas bea cukai juga menemukan sejumlah rokok polos atau tanpa dilengkapi pita cukai, serta produk rokok yang sudah kadaluarsa.
Seluruh barang bukti kini dikumpulkan dan disita untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut, sekaligus memberikan efek jera kepada para pedagang, distributor maupun pabrikan/industri rumahan yang kedapatan menjual merek rokok bermasalah tersebut.
"Negara jelas dirugikan dengan praktik ini karena pendapatan dari sektor cukai menjadi tidak bisa optimal," ujarnya.
Di wilayah Tulungagug yang rata-rata pabrikan rokoknya tipe IIIA dan IIIB, pita cukai dari KPPBC dijual mulai Rp80 hingga sekitar Rp550 ribu.
Nilai pita cukai itu jauh lebih mahal dibanding cukai bekas bekas yan hanya Rp100 per lembar atau dibarter satu bungkus rokok setiap sejumlah pita cukai yang disepakati.(*)
KPPBC Tulungagung Temukan Peredaran Cukai bekas
Rabu, 7 Juni 2017 16:49 WIB
"Negara jelas dirugikan dengan praktik ini karena pendapatan dari sektor cukai menjadi tidak bisa optimal," ujaranya.