Jember (Antarajatim) - Universitas Jember akan membantu Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dengan menjalankan program rehabilitasi di hutan Resort Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
"Rehabilitasi itu dijalankan dengan cara menanam sebanyak 82 ribu bibit tanaman ekonomi nonkayu di lahan seluas 255 hektare," kata anggota tim Program Mitigasi Berbasis Lahan Universitas Jember Wachju Subhan di Kampus Tegalboto Universitas Jember (Unej), Rabu.
Selain melakukan penanaman tanaman ekonomi nonkayu, lanjut dia, ada lima program lain yang akan dilakukan yakni peningkatan kesuburan dan daya sangga tanah, penilaian ekologi kawasan rehabilitasi, pembuatan hutan kolong dan pekarangan, peningkatan kerja sama antara Universitas Jember dengan TNMB, serta pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan.
"Untuk melaksanakan program itu, Unej didukung dana sebesar Rp2,39 miliar dari Indonesia Climate Change Trust, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, serta USAID," kata Wachju yang juga menjabat Wakil Rektor II Universitas Jember itu.
Sementara anggota tim lainnya Hari Sulistyowati menjelaskan pemilihan Resort Wonoasri didasari hasil penelitian sebelumnya yang menemukan fakta bahwa kerapatan tanaman di hutan Wonoasri hanya berkisar 234 batang per hektare, padahal idealnya berkisar 400-700 batang per hektare.
"Oleh karena itu, kami merencanakan menanam tanaman ekonomi nonkayu seperti kemiri, kedawung, alpukat dan lainnya dengan tujuannya agar buahnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, tanpa harus menebang pohonnya," kata pakar valuasi ekologi lahan yang menjadi ketua program penilaian ekologi kawasan rehabilitasi itu.
Menurutnya usaha rehabilitasi lahan di Resort Wonoasri TN Meru Betiri tidak saja meningkatkan kesuburan dan daya sangga tanah saja, namun yang lebih penting diharapkan berdampak langsung pada usaha penurunan emisi gas rumah kaca.
"Indonesia telah memiliki rencana aksi nasional dan rencana aksi daerah tentang penurunan emisi gas rumah kaca. Untuk Jawa Timur targetnya pada tahun 2020 mampu menurunkan 6,2 juta ton karbondioksida," ucap dosen yang menyelesaikan studi lanjut di Canada dan Filipina itu.
Namun sayangnya untuk Jember belum memiliki Rencana Aksi Daerah, sehingga pihaknya bekerjasama dengan dinas terkait akan menyusun rencana aksi daerah penurunan emisi gas rumah kaca untuk Jember.
"Setiap pohon mampu menyerap karbondioksida sebanyak 28,2 kilogram per hari dan memproduksi 20,4 kilogram oksigen. Jadi bisa dibayangkan jika penanaman 82 ribu bibit itu berhasil, maka perkiraannya akan mampu menyerap 1.100 ton karbondioksida per harinya. Karbondioksida penyebab emisi gas rumah kaca yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global," katanya.
Program Mitigasi Berbasis Lahan yang dilaksanakan oleh Universitas Jember akan dilaksanakan selama 17 bulan dan selain dimotori para dosen dari berbagai lintas disiplin selaku peneliti, program itu juga melibatkan 30 orang mahasiswa yang akan melakukan riset di berbagai aspek, serta lima mahasiswa yang mengikuti program magang di TNMB.
Tidak hanya berhenti pada program penanaman pohon ekonomi nonkayu saja, lanjut dia, tim Program Mitigasi Berbasis Lahan Universitas Jember juga merencanakan memberdayakan masyarakat sekitar TNMB, misalnya dengan membangun kluster ekonomi kreatif seperti peternakan lebah madu, kambing etawa, dan semut rangrang sebagai pakan burung berkicau.
"Tim juga menyiapkan pelatihan budi daya dan pengelolaan jamur, tanaman obat, keripik dan sale pisang, serta kerajinan tangan. Program pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan TNMB ini disiapkan, agar masyarakat dapat turut menikmati manfaat hutan tanpa harus merusak," ujarnya, menambahkan.(*)