Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemkab Banyuwangi menggelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Kecamatan (Musrenbangcam) yang dibuka dengan Salawat Badar di pinggir Pantai Blimbingsari, Kamis.
Musyawarah diikuti 1.000 pemangku
kepentingan, mulai dari camat, kepala desa, lurah, dan jajaran dinas/badan
di kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa tersebut.
Musrenbangcam tersebut dibuka dengan pembacaan salawat badar. Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengharapkan salawat ini menjadi spirit bagi semua rakyat Banyuwangi untuk terus bangkit membangun daerahnya.
Musrenbangcam kali ini fokus pada upaya pengentasan kemiskinan dengan
berbagai dimensinya, termasuk pendidikan dan kesehatan.
"Spirit salawat ini mengingatkan kita pada Perang Badar. Saat itu, 300-an
pasukan Muslim mampu mengalahkan musuhnya yang jumlahnya 1.000 orang lebih. Begitu juga dengan Banyuwangi, biar kita berada di ujung pulau, kita sempat
dapat stereotip sebagai daerah klenik, namun kita harus bisa bangkit
menghadapi semua tantangan. Tentunya semua dengan pertolongan Allah," kata
Anas.
Anas mengatakan, kegiatan ini sengaja digelar di pinggir laut untuk
mengingatkan semua akan filosofi laut. Laut yang terlihat tenang, kadang
menyimpan kekuatan yang menghadirkan ombak besar dan siap menggulung.
"Bukan berarti dengan kondisi Banyuwangi beberapa tahun ini yang tumbuh bagus kita bisa berleha-leha. Dari sekarang, justru kita harus mulai
mengantisipasi tantangan yang hadir," ujar Anas.
Sejumlah tantangan yang dimaksud Anas antara lain angka anak putus sekolah,
yang tahun 2015 tercatat 5.664 anak, dan tahun 2016 tinggal 517 anak.
"Meski turun drastis, tapi itu tetap menjadi pekerjaan rumah kita. Masih
ada pula penderita TBC akibat sanitasi warga yang kurang terjaga. Begitu
juga dengan produktivitas padi di sejumlah kecamatan yang angkanya di bawah rata-rata produktivitas kabupaten," papar Anas.
Banyuwangi juga mampu menurunkan angka kemiskinan. Sebelum 2010, data BPS menunjukkan angka kemiskinan Banyuwangi mencapai di atas 20 persen. Lalu pada 2016 bisa ditekan menjadi 9,70 persen.
"Namun angka 9,70 persen ini masih banyak. Jika dihitung masih ada sekitar
146 ribu jiwa. Maka, kita harus terus berbenah dan terus berdoa," ungkap
suami Ipuk Fiestiandani tersebut.
Untuk memerangi kemiskinan tersebut, Bupati Anas terus melakukan upaya
pembenahan. "Berbagai infrastruktur kita bangun, baik jalan, irigasi maupun
IT untuk memberikan pelayanan, penguatan desa dengan smart kampung,
peningkatan pendidikan dan kesehatan serta mendorong industri kecil dan
menengah menjadi ikhtiar kami memberantas kemiskinan," ujar Anas.
Akan tetapi berbagai tantangan global, nasional dan lokal, menuntut
Banyuwangi tidak hanya berikhtiar, tapi juga harus diiringi dengan doa.
"Jika kita hanya mengandalkan usaha kita, maka kita akan ketinggalan dengan
daerah lain. Oleh karena itu, penting untuk melengkapinya dengan doa, di
antaranya dengan bersalawat Badar," papar Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul
Ulama (ISNU) Jawa Timur itu.(*)