Malang, (Antara Jatim) - Museum Mpu Purwa yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang, dalam waktu dekat ini segera dibuka kembali untuk umum, setelah ditutup selama hampir satu tahun karena direnovasi total.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni di Malang, Senin, meski sudah tuntas pembangunan ruang-ruang pamer berbagai benda bersejarah, museum tersebut baru akan dibuka paling cepat April mendatang.
"Kami masih menunggu pembenahan penataan taman dan halaman museum. Sekarang kami masih mengajukan anggaran ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pembangunan museum menggunakan dana APBN, jadi pembenahan halaman juga pakai APBN," urainya.
Jumlah anggaran yang dipakai untuk revitalisasi Museum Mpu Purwa sebesar Rp4,7 miliar. Sebenarnya, Disbudpar menerima anggaran sebesar Rp5 miliar, namun sisanya dikembalikan ke kas negara karena ada beberapa pembangunan yang tidak bisa direalisasikan.
Ia menerangkan di lantai satu bangunan museum, ada sekitar 100 arca dan prasasti di tata lengkap dengan informasi pendek dan barkode, serta didesain modern. Sementara di lantai dua sebagaian besar berisi diorama cerita masa lalu. Pencahayaan dan konsep bangunannya juga sudah siap.
Sementara itu, anggota Tim Ahli Cagar Budaya Dwi Cahyono meyakini Museum Mpu Purwa akan menjadi museum terbesar di Malang Raya milik pemerintah. Selain Museum Mpu Purwa, pemerintah juga memiliki museum di Singosari, Kabupaten Malang, namun hingga kini museum tersebut masih berupa bangunan dan belum berisi arca atau prasasti.
Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang (UM) itu mengakui secara keseluruhan penataan Museum Mpu Purwa sangat bagus, tapi dari segi konten masih banyak yang harus ditambah. "Keberadaan museum ini masih perlu dibenahi dan dikuatkan," katanya.
Benda-benda yang bisa dilacak lokasi asalnya, lanjut Dwi, harus digambarkan dengan gamblang (jelas). Sebab, pengunjung museum perlu tahu bagaimana gambarannya. Contohnya, dengan memasang gambar lokasi temuan di latar belakang dinding dekat arca.
Sedangkan untuk koleksi di Museum Mpu Purwa masih sebatas peninggalan Hindu-Budha. Koleksi arca, prasasti, atau peninggalan lain, sementara peninggalan budaya Islam sangat minim, bahkan praktis tidak terlihat. Disbudpar harus menyisipkan unsur itu sebagai tambahan informasi bagi pengunjung.
"Harapan saya, secara bertahap koleksi Museum Mpu Purwa ini semakin lengkap. Benda-benda bersejarah, baik berupa arca atau prasasti yang masih 'berserakan' di sejumlah tempat bisa disatukan dan menjadi koleksi museum ini," ucap Dwi.(*)