"Kami mampu melampaui target. Sebelumnya, ada revisi, dan ternyata mampu memenuhi target pendapatan hingga 104 persen," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri Nur Muhyar di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, wisata Goa Selomangleng selama ini menjadi penyumbang PAD yang terbesar dari beragam wisata di Kota Kediri. Selain bisa berwisata dengan beragam mainan, di tempat ini juga terdapat musuem. Anak-anak bisa belajar tentang sejarah, dengan melihat serta membaca berbagai macam situs yang ada di musueum.
Nur mengatakan, pemerintah berencana menambah fasilitas di 2017 ini, misalnya mushala, toilet, maupun hutan kota. Seluruh tempat itu akan dibangun di kawasan wisata. Untuk hutan kota, akan ada beragam pohon dengan didesain yang bagus, sehingga semakin menambah tempat untuk bersantai bagi keluarga.
Nur menambahkan, sudah menyiapkan anggaran di APBD 2017 untuk keperluan penambahan fasilitas di lokasi wisata Goa Selomangleng Kediri itu. Selain dari anggaran daerah, pemerintah pusat rencananya juga akan memberikan tambahan untuk bantuan. Namun, besarnya berapa, Nur masih belum menyebut angka pastinya.
"Yang jelas dari sisi pariwisata, kebudayaan dan sejarah akan menyatu dengan objek wisata. Di 2017, ada rencana bantuan dari kementerian, nanti juga akan memakai APBD untuk mempercantik kawasan itu," katanya.
Walaupun ada penambahan sejumlah fasilitas, Nur mengaku untuk tiket masuk masih tetap sesuai dengan peraturan yang ada, dimana orang dewasa Rp4.000 per pengunjung, sementara yang anak-anak Rp2.000 per pengunjung.
Untuk sementara, Nur juga mengatakan masih fokus pada pembenahan lokasi wisata, sementara untuk proses ekskavasi belum dianggarkan. Salah satunya, masih memerlukan kajian lebih lanjut.
Goa Selomangleng terletak di Gunung Klotok, yang merupakan perbatasan Kota dan Kabupaten Kediri. Dari berbagai laporan peneliti, Goa Selomangleng disebut sebagai pintu masuk atau selamat datang ke situs, sehingga dimungkinkan masih ada situs lainnya di atas. Laporan yang ada, terdapat Goa Selobale serta Watu Tumpang di tempat itu.
Disbudparpora Kediri juga berencana akan koordinasi dengan Perhutani Kediri, sebagai pemilik wilayah terkait dengan kemungkinan adanya ekskavasi. Selain itu, komunikasi juga akan dilakukan dengan masyarakat desa hutan (LMDH), terkait dengan adanya kemungkinan untuk ekskavasi tersebut.
"Itu nanti ada kerjasama pemerintah daerah, perhutani, dan melibatkan LMDH. Namun, kami masih terus matangkan kerjasama itu, spesifiknya di selomangleng. Kami berpedoman dari peneliti, dan titik-titik itu ada, dari struktur, gundukannya, dan observasi lebih jauh nanti ada kerjasama," harap Nur. (*)