Surabaya, (Antara Jatim) - Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menggandeng PT PAL Indonesia untuk melakukan modernisasi KRI Malahayati dalam rangka program "Mid-Life Modernization (MLM)" kapal korvet kelas Fatahillah.
"Sudah kontrak dengan PT PAL Indonesia untuk KRI Malahayati, dan akan mulai efektif dalam waktu dekat. Kami harapkan proses modernisasi bisa lebih cepat daripada proses modernisasi KRI Fatahillah 361," kata Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan RI Laksamana Muda TNI Leonardi dikonfirmasi di Surabaya, Senin.
Ia mengatakan, program modernisasi kapal perang yang dilakukan Kemenhan adalah upaya memajukan kembali industri pertahanan nasional dengan menggandeng pihak dalam negeri, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Perbaikan atau pemeliharaan dalam industri pertahanan harus sesuai nafas UU yakni dilakukan dalam negeri, serta mengutamakan penanganan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan mendorong komponen lokal," katanya.
Sebelumnya, Kemenhan juga bekerja sama dengan BUMN PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) DPS untuk memodernisasi KRI Fatahillah 361, yang merupakan kapal perang sama di jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali dengan memiliki bobot 1.450 ton.
"Kami harapkan modernisasi KRI Fatahillah menjadi sebuah pelajaran untuk KRI Malahayati agar bisa dikerjakan lebih cepat. Kalau Fatahillah proses modernisasi bisa dua tahun, diharapkan untuk Malahayati bisa lebih cepat," katanya.
Sementara berdasarkan data Wikipedia, KRI Malahayati (362) merupakan kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Fatahillah milik TNI AL, dan dinamai Malahayati karena mengacu nama seorang laksamana perempuan pertama di dunia modern yang berasal dari Aceh.
KRI Malahayati merupakan sebuah fregat yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1980 khusus untuk TNI-AL, dan bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan antikapal permukaan, antikapal selam dan antipesawat udara. Termasuk dalam kelas Fatahillah bersama KRI Malahayati antara lain KRI Fatahillah (361), dan KRI Nala (363).
"Kami harap rampungnya KRI Fatahilla 316 sebelumnya, bisa menjadi gambaran bagaimana mekanisme bekerjanya, dan ke depan dalam proses modernisasi KRI Malahayati bisa dipercepat untuk kemajuan industri pertahanan nasional," katanya.(*)