Sanaa (Antara) - Perang yang telah berlangsung 20 bulan di Yaman menewaskan 7.000 orang lebih dan melukai hampir 37.000 lainnya menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyuarakan tanda bahaya mengenai situasi kemanusiaan yang memburuk.
WHO menyatakan bahwa hingga 25 Oktober perang Yaman telah menyebabkan 7.070 orang tewas dan 36.818 lainnya terluka.
Sementara 21 juta orang lainnya membutuhkan layanan kesehatan darurat menurut badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut.
Berbicara kepada para reporter di bandara ibu kota Sanaa yang dikuasai pemberontak pada Senin (7/11), utusan PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan situasi tersebut tidak boleh dibiarkan berlanjut.
"Orang-orang sekarat... infrastruktur hancur... dan perekonomian berada di tepi jurang," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Yaman diguncang pertikaian antara pemberontak yang didukung Iran dan pasukan pemerintah yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi sejak Maret 2015, beberapa bulan setelah pemberontak merebut Sanaa dan menguasai sejumlah wilayah di negara tersebut.
Ould Cheikh Ahmed mendesak koalisi yang menguasai jalur udara Yaman mengizinkan penerbangan komersial menuju dan keluar dari bandara internasional Sanaa guna mengevakuasi korban terluka.
Koalisi berargumen bahwa pemberontak akan menggunakan bandara, yang sepenuhnya dalam kendali mereka, untuk pengiriman senjata.
Organisasi-organisasi internasional juga mengingatkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir terjadi penyebaran penyakit dan peningkatan malnutrisi di negara itu.
WHO menyatakan 2,1 juta orang harus mengungsi di negeri mereka akibat konflik tersebut.
Lebih dari separuh fasilitas kesehatan di seluruh negeri itu ditutup atau hanya berfungsi sebagian di tengah "kekurangan kritis" dokter menurut WHO.
Ould Cheikh Ahmed memperingatkan bahwa situasi kesehatan "sangat berbahaya" dengan jumlah kasus dugaan kolera diperkirakan sampai 2.241 kasus.
PBB mengonfirmasi 71 kasus penyakit yang menular melalui air minum yang tercemar dan mengakibatkan diare akut. Sementara upaya-upaya utusan PBB untuk menyakinkan pihak yang berperang guna menerapkan gencatan senjata dan melanjutkan perundingan damai telah gagal. (*)