Jakarta, (Antara) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa bumi yang mengguncang Pacitan pada Selasa (11/10) pukul 07.34 WIB dengan kekuatan Magnitude 4,7 Skala Richter tidak berpotensi tsunami.
"Masyarakat diimbau agar tetap tenang, dan terus mengikuti arahan BPBD dan BMKG. Khusus masyarakat di daerah pesisir pantai Pacitan hingga Bantul diimbau agar tetap tenang dan tidak terpancing isu karena gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa.
Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempabumi berupa guncangan dirasakan di Pacitan, Tamperan, Kebonagung, Tegalombo, Jetiskidul, Ngadirojo, Panggul, Donorojo, Pracimatoro, dan Pasirombo, dalam skala intensitas II SIG-BMKG (II-III MMI). Guncangan juga dirasakan di Nganjuk dan Bantul dalam skala intensitas I SIG-BMKG (II MMI).
Di daerah tersebut guncangan gempa bumi dilaporkan dirasakan oleh orang banyak dan beberapa orang diantaranya mencoba berlari keluar rumah untuk menyelamatkan diri.
Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempabumi ini merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas patahan aktif di dasar laut, karena di zona ini berdasarkan catatan kegempaan dangkal yang tergambar dalam peta seismisitas menunjukkan aktivitas seismik cukup aktif.
"Hasil monitoring BMKG hingga saat ini belum terjadi aktivitas gempa bumi susulan," katanya.
Gempa dengan episenter terletak pada koordinat 8,87 LS dan 111,30 BT, tepatnya di laut pada jarak 80 km arah tenggara Pacitan pada kedalaman 25 km sempat menimbulkan kepanikan warga setempat.
Catatan sejarah juga menunjukkan bahwa pada 20 Oktober 1859, terjadi peristiwa gempa bumi kuat yang mengguncang Pacitan dan disusul datangnya gelombang tsunami yang menerjang Teluk Pacitan.
Tsunami ini dilaporkan menelan korban jiwa beberapa awak kapal "Ottolina" yang saat itu sedang berlabuh. Dari 13 orang awak kapal tersebut, hanya 11 orang saja yang terselamatkan. (*)