Jenazah Sulistina diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Haji Muhasyim Buntu 45, Tarogong, Fatmawati, Cilandak Barat, pukul 10.10 WIB, ke Bandara Halim Perdanakusuma untuk diterbangkan ke Surabaya menggunakan pesawat Batik Air pukul 12.45 WIB.
Sampai di Bandara Juanda Surabaya sekitar pukul 14.07 WIB, jenazah langsung dibawah ke masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Sampai di masjid sekitar pukul 15.00 WIB yang bertepatan dengan Shalat Asar.
Adapun yang bertindak sebagai imam adalah K.H. Nur Kholis Aziz Alhafidz. Sejumlah pejabat dari Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya hadir untuk ikut shalat jenazah secara berjamaah.
Tampak dalam jamaah shalat jenazah itu antara lain Gubernur Jatim Soekarwo beserta istri, Sekretaris Kota Surabaya Hendro Gunawan serta pejabat lainnya.
Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan pihaknya akan mewujudkan keinginan almarhumah sebelum meninggal yakni mendirikan Taman Perdamaian di Trowulan, Mojokerto.
"Nanti pasti akan saya wujudkan mimpi beliau. Karena memang sebelumnya Pemprov Jatim juga terlibat di dalamnya," kata Soekarwo sebelum melakukan shalat jenazah untuk Sulistina di MAS.
Soekarwo mengaku terakhir bertemu dengan Sulistina saat menikahkan putri bungsunya, Kartika, pada Maret 2016. Bahkan, saat itu, Sulistina juga menjadi saksi akad nikah putrinya.
"Setelah itu saya tidak pernah bertemu dengan beliau lagi," ujar Soekarwo.
Meski demikian, Soekarwo mengatakan dia terus memantau kondisi kesehatan Sulistina saat sakit, termasuk saat Sulistina sedang dirawat di ruang ICU.
"Istri saya juga tanya ke putri ketiga beliau karena teman S2, tentang kondisi kesehatan beliau," kata Soekarwo.
Menurut Soekarwo, Sulistina merupakan sosok wanita yang kuat, sebab peranan Sulistina terhadap perjuangan Bung Tomo sangat dominan.
"Bu Sulistina itu sendiri kan pejuang, karena merupakan perawat di PMI saat perang kemerdekaan," ujar Soekarwo.
Setelah shalat jenazah itu, almarhumah Sulistina langsung dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Ngagel, tepatnya di samping makam sang suami, Bung Tomo. (*)