Surabaya, (Antara Jatim) - Hasil survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim menunjukkan masuknya investasi properti oleh sebagian pengusaha pada semester II/2016 diprediksi masih menungu hasil program amnesti pajak.
"Masyarakat cenderung menunggu hingga pelaporan pajak tahun 2017 untuk benar-benar yakin bahwa pajak untuk aset baru tidak akan dipermasalahkan," ucap Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Syarifuddin Bassara, di Surabaya, Sabtu.
Ia mengatakan, survei juga menunjukkan permintaan konsumen lebih fokus pada tujuan penggunaan rumah sebagai tempat tinggal.
Sedangkan untuk pembeli dengan tujuan investasi, cenderung menunda pembelian hingga hasil amnesti pajak, meski diperkirakan tidak memiliki efek yang terlalu reaktif.
Menurut Bassara, Bank Indonesia mencatat geliat dan potensi peningkatan harga properti residensial sekunder di wilayah Surabaya masih ada, meski lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya.
Hasil survei harga properti residensial sekunder menunjukkan peningkatan harga sebesar 0,37 persen, yakni data dari kuartal ke kuartal (qtq), dan peningkatan itu didorong oleh kenaikan harga tanah sebesar 0,55 persen (qtq).
"Melambatnya kenaikan harga tanah ikut dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional yang dinilai menurun, sehingga menimbulkan sentimen bisnis investor yang cenderung memiliki sikap 'wait and see' atau menunggu kondisi ekonomi membaik," jelasnya dalam keterangan persnya.
Sementara berdasarkan tipe rumah, kenaikan harga rumah tipe menengah lebih tinggi dibandingkan tipe menengah ke atas, masing-masing naik 0,46 persen (qtq) dan 0,28 persen (qtq).
Bassara mengatakan kenaikan itu dipengaruhi oleh harga jual dasar rumah menengah ke atas yang lebih tinggi sehingga sulit mengalami kenaikan yang signifikan.
"Berdasarkan informasi dari responden, harga rumah yang paling banyak dicari di pasar pada kisaran Rp1 miliar sampai Rp3 miliar per unit," katanya.
Sementara itu, berdasarkan wilayah di Surabaya terjadi peningkatan harga tipe rumah menengah di semua area, seperti rumah tipe menengah atas di area Surabaya Pusat mengalami penurunan.
Wilayah Surabaya Barat, kata Bassara menunjukkan peningkatan harga tertinggi untuk tipe menengah maupun menengah atas, masing-masing sebesar 0,70 persen (qtq) dan 1,10 persen (qtq).
Disusul Surabaya Timur yang mengalami peningkatan harga untuk tipe menengah sebesar 0,66 persen (qtq) dan Surabaya Selatan untuk tipe menengah atas sebesar 0,24 persen (qtq).
"Surabaya Barat dan Surabaya Timur masih tetap menjadi area yang paling diminati masyarakat mengingat keberadaan area komersil, berkembangnya infrastruktur dan fasilitas umum, serta kualitas citra kawasan membuat masyarakat cenderung berminat untuk mencari rumah sekunder di kedua wilayah tersebut," katanya.(*)