Madiun (Antara Jatim) - Sebuah bangunan sekolah yang telah lama kosong dan tidak digunakan
untuk kegiatan belajar mengajar di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, roboh
akibat kondisi bangunan sudah lapuk dan dimakan usia.
Bangunan sekolah roboh tersebut adalah SDN 2 Simo di Desa Simo, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun. SD Inpres tersebut dibangun pada tahun 1975.
"Bangunan sekolah itu sudah lama kosong karena siswanya digabung dengan sekolah lain, yakni SDN 1 Simo yang letaknya bersebelahan. Alasan penggabungan itu karena jumlah murid yang ada semakin tahun semakin sedikit," ujar Kepala SDN 2 Simo, Heru Santoso, kepada wartawan, Selasa.
Menurut dia, terdapat tiga ruang di SDN 2 Simo yang roboh. Bangunan itu tiba-tiba saja roboh tanpa ada hujan ataupun angin kencang. Diduga karena kondisinya yang sudah tua, sehingga bangunan sekolah tersebut ambruk.
Beruntung saat roboh, tidak ada siswa yang bermain di sekitar bangunan tersebut. Sebab, biasanya, banyak siswa yang bermain di sekitar bangunan itu saat istirahat jam sekolah berlangsung.
Ia menjelaskan, sebelum akhirnya tutup dan roboh, SDN 2 Simo baru dua kali direnovasi. Adapun renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2006. Sejak itu, akhirnya SDN 2 Simo kian ditinggalkan siswanya.
"Jumlah siswanya dari tahun ke tahun semakin berkurang, akhirnya Dinas Pendidikan setempat memutuskan untuk menggabungnya dengan SDN 1 Simo," terang Heru.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun Suhardi menanggapi sekolah roboh tersebut menyatakan tidak ingin terlalu mempersoalkannya karena gedung sekolah itu sudah lama tak difungsikan lagi untuk kegiatan belajar mengajar.
"Untuk sementara, gedung SDN 2 Simo yang roboh itu, akan kami laporkan ke aset daerah mengingat sekolah tersebut dibangun di atas tanah kas desa," kata Suhardi.
Terkait penggabungan sekolah SDN 2 Simo dengan SDN 1 Simo, pihaknya masih berencana menggabung 19 SD lain di Kabupaten Madiun. Belasan sekolah itu sengaja dimasukkan dalam daftar "merger" atau digabung karena jumlah siswanya kini tidak pernah mencapai hingga 100 siswa.
"Sekolah memang sebaiknya digabung jika jumlah siswa kelas I hingga VI tidak lebih dari 60 siswa. SD yang bakal digabung itu tersebar di Kecamatan Jiwan, Geger, Wungu, Sawahan dan Mejayan," katanya.
Hanya saja, Suhardi masih enggan membeberkan kapan rencana penggabungan belasan SD tersebut dilakukan. Dia hanya mengisyaratkan, realisasi penggabungan belasan sekolah itu diupayakan sebelum akhir tahun ini.(*)
Bangunan sekolah roboh tersebut adalah SDN 2 Simo di Desa Simo, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun. SD Inpres tersebut dibangun pada tahun 1975.
"Bangunan sekolah itu sudah lama kosong karena siswanya digabung dengan sekolah lain, yakni SDN 1 Simo yang letaknya bersebelahan. Alasan penggabungan itu karena jumlah murid yang ada semakin tahun semakin sedikit," ujar Kepala SDN 2 Simo, Heru Santoso, kepada wartawan, Selasa.
Menurut dia, terdapat tiga ruang di SDN 2 Simo yang roboh. Bangunan itu tiba-tiba saja roboh tanpa ada hujan ataupun angin kencang. Diduga karena kondisinya yang sudah tua, sehingga bangunan sekolah tersebut ambruk.
Beruntung saat roboh, tidak ada siswa yang bermain di sekitar bangunan tersebut. Sebab, biasanya, banyak siswa yang bermain di sekitar bangunan itu saat istirahat jam sekolah berlangsung.
Ia menjelaskan, sebelum akhirnya tutup dan roboh, SDN 2 Simo baru dua kali direnovasi. Adapun renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2006. Sejak itu, akhirnya SDN 2 Simo kian ditinggalkan siswanya.
"Jumlah siswanya dari tahun ke tahun semakin berkurang, akhirnya Dinas Pendidikan setempat memutuskan untuk menggabungnya dengan SDN 1 Simo," terang Heru.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun Suhardi menanggapi sekolah roboh tersebut menyatakan tidak ingin terlalu mempersoalkannya karena gedung sekolah itu sudah lama tak difungsikan lagi untuk kegiatan belajar mengajar.
"Untuk sementara, gedung SDN 2 Simo yang roboh itu, akan kami laporkan ke aset daerah mengingat sekolah tersebut dibangun di atas tanah kas desa," kata Suhardi.
Terkait penggabungan sekolah SDN 2 Simo dengan SDN 1 Simo, pihaknya masih berencana menggabung 19 SD lain di Kabupaten Madiun. Belasan sekolah itu sengaja dimasukkan dalam daftar "merger" atau digabung karena jumlah siswanya kini tidak pernah mencapai hingga 100 siswa.
"Sekolah memang sebaiknya digabung jika jumlah siswa kelas I hingga VI tidak lebih dari 60 siswa. SD yang bakal digabung itu tersebar di Kecamatan Jiwan, Geger, Wungu, Sawahan dan Mejayan," katanya.
Hanya saja, Suhardi masih enggan membeberkan kapan rencana penggabungan belasan SD tersebut dilakukan. Dia hanya mengisyaratkan, realisasi penggabungan belasan sekolah itu diupayakan sebelum akhir tahun ini.(*)