Surabaya (Antara Jatim) - Sejumah SMA/SMK di Surabaya mengalami kendala teknis pada pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada hari pertama karena di sejumlah sekolah, peserta masih harus berhadapan dengan sistem yang tiba-tiba eror.
Seperti yang terjadi di SMA Ta’miriyah Surabaya. Pada sesi pertama, sebanyak 26 siswa harus mengakhiri ujian lebih lama dari jadwal. Seharusnya, mereka bisa selesai pada pukul 09.30, namun karena sistem berhenti di tengah jalan, mereka baru keluar pada pukul 09.45.
"Secara tiba-tiba komputer tidak sambung dengan server, padahal tadi baru mengerjakan soal sekitar 30 menit. Karena komputer tidak sambung, sehingga sempat membuat saya panik dan gugup, namun sekitar 20 menit kemudian bisa loading lagi," kata siswi kelas XII IPS 1 SMA Ta'miriyah Surabaya, Yessy Dwi Pitaloka di Surabaya, Senin.
Di sisi lain, Teknisi SMA Ta’miriyah Surabaya, Mochammad Marzuq mengakui adanya kendala tersebut karena ada salah satu klien yang tiba-tiba tidak tersambung dengan server, kemudian server lokal terjadi restart dan membuat komputer klien dalam satu kelas berhenti.
"Memang ada kendala, namun kami telah melakukan perbaikan server sekitar 20 menit, kemudian restart seperti awal baru mulai dengan menggunakan token lama, sehingga bisa dipastikan durasi siswa untuk mengerjakan soal tetap sama yaitu 120 menit," kata dia.
Permasalahan serupa juga sempat terjadi di sejumlah sekolah lain, yaitu SMK IPIEMS Surabaya, SMA Mardi Siwi Surabaya dan SMK Dr Soetomo Surabaya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Surabaya Ikhsan menuturkan persoalan teknis memang banyak dijumpai saat pelaksanaan ujian di sesi pertama, karena proktor masih dalam kondisi gugup di sesi pertama, setelah sesi berikutnya sudah lancar.
"Persoalan yang cukup serius dialami SMK Dr Soetomo Surabaya karena siswa yang seharusnya bisa mengerjakan ujian pada sesi pertama harus tertunda hingga sesi ketiga. Kami sudah terjunkan tim untuk melakukan perbaikan, para siswa pada sesi pertama tidak bisa ujian, diikutkan pada sesi tiga menggunakan server komputer cadangan," tuturnya.
Di sekolah tersebut, lanjut Ikhsan, terdapat 166 peserta yang terbagi dalam lima server, sementara di server empat yang berisi 26 peserta, mengalami permasalahan pada lisensinya yang tidak bisa terbaca oleh server pusat. Awalnya akan dibuka hingga sesi keempat, namun ternyata server dan komputer cadangan bisa digunakan di sesi ketiga.
Selain sistem, kendala lain juga dijelaskan oleh Mantan Kepala Bapemas dan KB Surabaya terkait internet yang terblokir. Kendala ini dialami SMA Bina Taruna Surabaya karena pihak sekolah telat membayar tagihan wifi.
"Kami sudah mengingatkan kepada sekolah-sekolah jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan agar memeriksa kesiapan internetnya. Untuk mengunduh token membutuhkan internet, namun kami bisa bernafas lega karena tadi kita langsung koordinasi dengan pihak Telkom dan aksesnya langsung dibuka lagi," tandasnya. (*)