Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf meminta evaluasi dan koreksi internal pada tubuh sepak bola Pra - Pekan Olahraga Nasional (PON) yang gagal melangkah ke babak utama di Jawa Barat, September 2016.
"Harus ada evaluasi dan koreksi di seluruh tim, mulai pemain, pelatih hingga manajemen, mengapa sampai gagal lolos," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Sabtu.
Mewakili masyarakat Jawa Timur, ia mengaku kecewa dan prihatin atas kegagalan tim sepak bola Pra- PON melenggang ke babak utama, mengingat Jatim nyaris tidak pernah absen dalam setiap penyelenggaraan even olahraga terbesar empat tahunan di Indonesia tersebut.
"Ini sejarah pahit bagi persepakbolaan Jatim. Jangan cari ini kesalahan siapa, tapi mari ambil hikmahnya sehingga ke depan tidak terulang lagi. Sekali lagi, evaluasi menyeluruh sangat penting," ucap Gus Ipul, sapaan akrabnya.
Terkait dilayangkannya surat protes Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim ke KONI Pusat serta Kementerian Pemuda dan Olahraga, mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu menghormatinya dan berharap menghasilkan yang terbaik.
Tim Pra- PON Jatim gagal bertanding di arena PON XIX Jawa Barat karena tidak mampu menjadi bagian dari satu dari 12 tim yang nantinya berlaga pada babak utama.
Di kualifikasi grup A Pra-PON yang digelar akhir Maret 2016, Jatim hanya berada di peringkat ketiga di bawah DKI Jakarta dan Jawa Tengah yang memastikan diri lolos.
Dari hasil tersebut, tim Pra - PON Jatim merasa dirugikan dan mengklaim adanya kecurangan sehingga melayangkan protes ke KONI Pusat dan Kemenpora.
Pelatih Pra -PON Jatim Hanafing mengatakan protes tertuang dalam surat setelah menerima laporan hasil dan kronologis pertandingan tim Pra-PON Jatim dari ofisial tim.
"Saya sudah melaporkan kegagalan tim Pra- PON Jatim akibat dikerjai wasit dan Panpel Pra- PON. Kami minta KONI Jatim mengajukan protes resmi," katanya.
Menurut dia, gelaran sepak bola Pra-PON di Bandung lalu jauh dari kata sportivitas dan "fair play", sekaligus diharapkan mencoreng niat baik Kemenpora yang ingin membenahi tata kelola sepak bola nasional untuk lebih baik dan jujur. (*)