Blitar (Antara Jatim) - Sejumlah seniman di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menggelar tradisi kleduk kleneng, yaitu tradisi memukul lesung dan alat-alat dapur saat gerhana matahari berlangsung.
"Kami melestarikan tradisi zaman dulu, jika ada gerhana matahari warga dianjurkan memukul lesung," kata Herdiyanto, salah seorang seniman asal Kabupaten Blitar, Rabu.
Herdiyanto mengatakan, tradisi yang berkembang zaman dulu, memukul lesung itu sebagai simbol mengusir Batara Kala atau raksasa yang sedang memakan matahari ataupun bulan saat terjadi gerhana, sehingga bumi menjadi gelap untuk beberapa waktu.
Tradisi memukul lesung itu dilakukan di rumah salah seorang seniman, di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Mereka melakukan tradisi ini, memukul lesung dengan menggunakan alu.
Selain memukul lesung, mereka juga memukul alat-alat dapur serta cangkul saat terjadinya gerhana matahari total. Mereka juga melantunkan beberapa tembang jawa yang berisi tuntutan hidup sederhana serta berserah diri pada Tuhan.
Atraksi memukul lesung itu dilakukan cukup lama, sejak awal proses gerhana hingga gerhana selesai. Mereka juga sesekali mengamati gerhana matahari, namun tidak dilakukan dengan menatap matahari langsung, melainkan melihat proses gerhana lewat air.
Murdiyanto, seniman lainnya mengatakan melihat gerhana matahari dengan air dipercaya bisa mengurang dampak radiasi terhadap retina mata, sehingga mata tidak sakit.
"Melihat gerhana matahari dengan menggunakan air di ember dipercaya mengurangi dampak radiasi terhadap retina mata, karena jika melihat langsung akan merusak mata," kata Murdiyanto.
Tradisi kleduk kleneng atau memukul lesung saat terjadinya gerhana matahari nyaris punah. Bahkan, banyak remaja di Blitar yang asing dengan tradisi ini. Mereka hanya sempat mendengar cerita-cerita terkait tradisi itu. Padahal, tradisi tersebut juga mengandung banyak nilai-nilai moral.
Una, salah seorang warga mengaku baru kali ini mengetahui tradisi tersebut. Ia hanya membaca di buku ada tradisi tersebut dan baru tahu kali ini.
"Dulu hanya membaca di buku dan baru tahu ada tradisi tersebut," kata Una.
Gerhana matahari total melintas di sejumlah daerah wilayah Indonesia. Selain warga Indonesia, banyak wisatawan asing yang sengaja datang ingin mengabadikan fenomena alam yang hanya terjadi satu kali dalam 360 tahun itu. (*)