Merebut prestasi dan prestise dalam arena Pekan Olahraga nasional (PON) telah menjadi kewajiban setiap provinsi, selain kewajiban utama mensejahterakan rakyat. Karena itu, setiap provinsi akan berjibaku memeras pemikiran bermodal APBD untuk membangun sebuah kontingen yang tangguh, pilih tanding dan potensial emas, khususnya Jawa Timur, DKI Jaya Jawa Barat, dan Jawa Tengan sebagai empat besar barometer pembinaan olahraga nasional.
Target 100 medali emas Pra-PON, menurut Ketua Umum KONI Jatim Ir H Erlangga Satriagung pada awalnya sempat diprotes dan digunjingkan cabor-cabor puslatda. Mereka menilai target 100 emas itu terlalu berat untuk dipenuhi cabor-cabor puslatda, apalagi dengan rencana pembinaan sekaligus sebagai sarana promosi degradasi (promdeg) atlet puslatda. Hanya atlet peraih medali emas dan perak Pra-PON saja yang berhak tetap menghuni kamp puslatda.
Sedangkan atlet peraih perunggu, nasibnya dipertimbangkan berdasar peta persaingan nasional. Saat peluang atlet perunggu khususnya pada cabor terukur tersebut tak berpotensi medali PON XIX, maka atlet tersebut akan digusur keluar kamp puslatda. Sebaliknya atlet perunggu yang berpotensi medali PON 2016, berhak tetap menjadi penghuni kamp puslatda. Sementara atlet peringkat keempat dan seterusnya wajib keluar kamp puslatda, meski berhasil mengantongi kuota PON XIX.
Namun, lewat pembinaan intensif dan termasuk mendatangkan konsultan olahraga dari Australia Barat, Gregory Wilson yang selama ini juga menjadi konsultan atlet nasional di KONI Pusat, target 100 emas itu bisa ditembus.
Meskipun raihan medali emas Pra-PON mampu melebihi target KONI Jatim, tapi Erlangga mengaku tidak terlalu senang.
Ini karena masih ada beberapa cabor gagal memenuhi target medali emas, seperti cabor aeromodeling yang memasang target empat emas hanya mendulang tiga emas, boling pasang target dua emas dan membukukan satu emas, judo pasang target tiga emas dan membukukan dua emas. Demikian pula beberapa cabor calon ceruk emas Jatim di PON 2016, yang gagal memenuhi target emas.
Karena itu, sebuah evaluasi yang ketat dan melekat telah dilakukan terhadap cabor yang gagal memenuhi target emasnya. Evaluasi itu dilakukan, sehingga KONI Jatim mendapatkan sebuah solusi yang pas dan efisien terhadap permasalahan yang dialami beberapa cabor yang gagal memenuhi target medali emas Pra-PON tersebut.
Cabor gagal medali Pra-PON tersebut masih memiliki potensi sebagai kuda hitam dalam mendulang medali PON XIX/2016, ataukah cabor tersebut harus terdegradasi dari kamp puslatda akibat tak memiliki peluang sebagai kuda hitam yang bisa merebut emas.
Sentralisasi Latihan dan Penerapan IPTEK Olahraga
Setelah sepanjang tahun 2015 ini atlet-atlet Jatim bertarung di Pra-PON, KONI Jatim melakukan evaluasi hasil itu. "Banyak pertimbangan hasil Pra PON tidak bisa dijadikan tolok ukur bahwa prestasi itu yang sesungguhnya," tutur Ketua Umum KONI Jatim, Ir H Erlangga Satriagung, di sela-sela acara evaluasi hasil Pra-PON dan Capaian Kontingen Jatim pada PON XIX/2016 di Jabar di Hotel Simpang, Surabaya, Kamis (10/12).
Menurut dia, ada beberapa cabang olahraga (cabor) yang berlaga di babak kualifikasi PON berhasil memenuhi target emas KONI Jatim. Misalnya, ada cabor yang ditarget tiga emas dapat lima emas. "Raihan prestasi ini bisa jadi karena kebetulan, prestasi luar biasa atau lawan main tidak maksimal," ujarnya.
Kedua, sistem yang dipakai Pra-PON ada yang "by number, by name", kuota dan wilayah. "Yang ketiga, tentunya ketidakikutsertaan Jabar tidak ikut Pra-PON. Tidak tampilnya atlet Jabar di Pra-PON menjadi pertimbangan sendiri," ucapnya.
Selama mengikuti Pra-PON, Jatim telah meloloskan 43 cabor dari 56 cabor yang dipertandingkan di PON Jabar. Dari 43 cabor itu, Jatim tampil di 550 nomor dari 755 nomor yang dilagakan di PON tahun depan itu. Sedangkan, cabor yang tidak lolos yaitu Drumband, Softball putri dan Hoki putra.
KONI Jatim akan mengawal betul atlet-atletnya yang berhasil meraih emas di Pra-PON. Mereka dikawal dengan program tes fisik, kesehatan dan psikologi yang dilakukan pakar di bidangnya masing-masing. "Bagaimana bisa mengawal emas itu di PON dengan tiga pilar itu. Jangan kemudian emas turun jadi perak. Itu jadi prioritas kita. Yang meraih perak diupayakan bisa naik menjadi emas," paparnya.
Untuk itu, KONI Jatim akan memusatkan seluruh atlet yang lolos ke PON dalam Puslatda sentralisasi. "Kalau sudah masuk puslatda sentralisasi, maka sangat mudah bagi Satlak KONI melakukan kontrol. Beda dengan puslatda desentralisasi," ungkapnya.
Dan pada l Januari 2016 nanti sentralisasi puslatda Jatim 100/ Seri III bakal digelar, dan pada sentralisasi ini peningkatan pendekatan IPTEK olahraga di kedepankan. Tiga pilar untuk mendukung prestasi Jatim yaitu; kesehatan, fisik, dan psikologis semakin digencarkan.(*)