Madiun (Antara Jatim) - Pencipta lagu hymne guru, Sartono (79) dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Klegen di Jalan Tamrin, Klurahan Klegen, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, Jawa Timur, Minggu malam.
Pemakaman dilakukan sekitar pukul 18.30 WIB, setelah jenazah dishalatkan dan disemayamkan di rumah duka yang berada di Jalan Halmahera, Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.
Shalat jenazah dipimpin oleh Ketua MUI Kota Madiun, Sutoyo, dan diikuti tetangga dan simpatisan yang mengaggumi sosok Sartono.
Dalam sambutannya sebelum pemberangkatan jenazah ke makam, Ketua MUI Kota Madiun Sutoyo, mengimbau Ketua PGRI Kota Madiun memberikan instruksi kepada seluruh guru yang beragama Islam untuk melaksanakan shalat gaib bagi almaarhum. Hal ini karena jasa Sartono yang besar di bidang pendidikan dalam menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.
"PGRI harus menginstruksikan kepada seluruh guru di Indonesia untuk melaksanakan shalat goib. Karena jasa Pak Sartono sangat besar. Guru bisa dihormati oleh para murid juga karena lagu ciptannya," ujar Sutoyo kepada wartawan.
Setelah itu, jenazah diberangkatkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir di TPU Kelurahan Klegen yang ada di Gang Sarean, Jalan Tamrin, Kelurahan Klegen, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun dengan menggunakan mobil jenazah.
Para keluarga terlihat tabah mengantar jenazah ke makamnya. Istri Sartono, Damiyati, juga terlihat ikhlas meski kesedihan terlihat jelas di wajahnya.
Adik Damiyati, Tiwi, mengatakan, almarhum sudah sakit-sakitan sejak dua tahun terakhir. Hal itu karena yang bersangkutan sudah terkena gejala stroke, diabetes, darah tinggi, dan pikun.
"Puncaknya kemarin akibat terjatuh dari tempat tidurnya. Karena kondisinya semakin menurun, keluarga akhirya membawa almarhum ke rumah saakit. Beliau menjalani perawatan selama 13 hari di rumah sakit lalu meninggal," kata Tiwi.
Seperti diketahui, Sartono merupakan mantan guru di sebuah yayasan swasta di Kota Madiun. Ia mengajar di SMP Katolik Santo Bernardus Madiun.
Sebagai guru seni dan kecintaannya pada seni musik, Sartono lalu menciptakan lagu Hymne Guru yang berjudul "Pahlawan Tanda Tanda Jasa". Dalam lagu itulah Sartono mengungkapkan kekaguman dan pujiannya kepada para pendidik yang tanpa pamrih, bagaikan pahlawan tanpa tanda jasa.
Dalam kehidupan kesehariannya, almarhum Sartono jauh dari kata mewah. Sulung dari lima bersaudara itu tinggal di rumah semi permanen peninggalan orang tuanya di Jalan Halmahera Kota Madiun.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, almarhum hanya mengandalkan pensiunan dari sang istri dan honor dari menjadi tamu undangan di sejumlah acara yang ada Kota Madiun. (*)